Sponsored

DME: Pengganti LPG Lebih Murah & Ramah Lingkungan? Ini Faktanya!

Pemerintah Indonesia secara agresif mengakselerasi proyek strategis hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Langkah vital ini diambil sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG), sebuah upaya krusial untuk memenuhi kebutuhan energi domestik sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor LPG yang ditargetkan menurun mulai tahun 2026.

Sponsored

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi massal gas DME dapat terealisasi pada tahun 2027. Proyek ini didasari pada ketersediaan bahan baku yang melimpah dari dalam negeri, sehingga menjamin keberlanjutan pasokan dan kedaulatan energi. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa telah ada 18 proyek hilirisasi yang berhasil diselesaikan, mulai dari tahap konseptual hingga pra-studi kelayakan, oleh Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi.

Kebutuhan LPG nasional saat ini mencapai angka fantastis 8,5 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri hanya sekitar 1,3 juta ton. Kesenjangan yang signifikan ini memaksa Indonesia untuk mengimpor sisanya, menimbulkan beban devisa yang besar. Melalui pengembangan DME, pemerintah berambisi menekan impor LPG hingga 1 juta ton per tahun. Ini berpotensi menghemat devisa sebesar Rp 9,1 triliun rupiah setiap tahunnya dan menarik investasi baru senilai 2,1 miliar dollar AS. Percepatan realisasi DME sebagai pengganti LPG juga telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional, yang diatur dalam Perpres No 109 Tahun 2020 di era Presiden Jokowi.

Lantas, apa sebenarnya gas DME yang digadang-gadang sebagai substitusi LPG ini? Berikut adalah ulasan lengkapnya.

(ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nz)

Apa Itu Gas DME Pengganti Tabung Gas LPG?

Merujuk pada situs resmi Kementerian ESDM, DME merupakan sebutan lain untuk gas batu bara. Awalnya, DME dikembangkan sebagai alternatif minyak tanah, namun kini diarahkan sebagai substitusi utama penggunaan LPG. Proyek gasifikasi batu bara ini memiliki peran strategis bagi perekonomian Indonesia, mengingat sekitar 75 persen penggunaan LPG di dalam negeri masih sangat bergantung pada impor. Sementara itu, sumber gas batu bara sepenuhnya berasal dari kekayaan alam domestik.

Secara karakteristik, DME menawarkan sejumlah keunggulan. Selain diklaim memiliki harga yang lebih ekonomis dibandingkan LPG, DME juga berbagi banyak kesamaan baik dalam sifat kimia maupun fisika dengan LPG. DME sendiri adalah senyawa eter paling sederhana yang mengandung oksigen, dengan rumus CHOCH. Karena berbentuk gas, proses pembakarannya berlangsung lebih cepat daripada LPG, menjadikannya pilihan yang efisien dan berpotensi lebih ramah lingkungan.

Kesamaan sifat antara DME dan LPG ini merupakan keuntungan besar, karena memungkinkan pemanfaatan infrastruktur LPG yang sudah ada secara luas, termasuk tabung, sistem penanganan, dan fasilitas penyimpanan. Dengan demikian, transisi dari LPG ke DME tidak memerlukan investasi besar untuk pembangunan infrastruktur baru.

Dari segi energi, DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sedangkan LPG memiliki kandungan panas 12.076 Kcal/Kg. Meskipun kandungan panas per kilogram DME lebih rendah, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi, sehingga perbandingan kalori antara DME dengan LPG menjadi sekitar 1 berbanding 1,6. Selain itu, DME dikenal mudah terurai di udara, tidak merusak lapisan ozon, dan mampu meminimalisir emisi gas rumah kaca hingga 20 persen. Kualitas nyala api yang dihasilkan DME juga lebih biru dan stabil, tidak memproduksi partikulat matter (PM) dan NOx, serta bebas sulfur, menjadikannya opsi energi yang lebih bersih.

Uji Terap DME di Jakarta dan Palembang

Kementerian ESDM, melalui Balitbang ESDM, telah merampungkan uji terap penggunaan 100% DME di wilayah Kota Palembang dan Muara Enim. Uji coba yang berlangsung pada Desember 2019 hingga Januari 2020 ini melibatkan 155 kepala keluarga dan secara umum mendapat penerimaan positif dari masyarakat.

Tidak hanya itu, uji terap dengan konsentrasi DME 20 persen, 50 persen, dan 100 persen juga telah dilaksanakan di Jakarta, tepatnya di Kecamatan Marunda, pada tahun 2017. Uji coba ini melibatkan 100 kepala keluarga.

Hasil uji terap menunjukkan kemudahan dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api yang normal, dan pengendalian nyala api yang responsif, serta warna nyala api yang biru. Namun, satu temuan penting adalah waktu memasak yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan menggunakan LPG.

Secara teknis, pemanfaatan 100% DME dinilai layak untuk mensubstitusi LPG untuk kebutuhan rumah tangga, dengan catatan penggunaan kompor khusus DME. Waktu memasak yang dibutuhkan tercatat 1,1 hingga 1,2 kali lebih lama dibandingkan saat menggunakan LPG.

Demikianlah informasi komprehensif mengenai gas DME sebagai pengganti tabung gas LPG dan berbagai aspek penting lainnya yang perlu diketahui.

Ringkasan

Pemerintah Indonesia mendorong hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti LPG untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dan mengurangi ketergantungan impor LPG. Target produksi massal DME adalah tahun 2027, memanfaatkan ketersediaan bahan baku dalam negeri dan diharapkan dapat menekan impor LPG hingga 1 juta ton per tahun.

DME memiliki kemiripan sifat dengan LPG, memungkinkan penggunaan infrastruktur yang ada. DME diklaim lebih ekonomis dan ramah lingkungan, dengan pembakaran lebih cepat dan minim emisi. Uji coba penggunaan DME telah dilakukan di Palembang dan Jakarta menunjukkan hasil positif, meski waktu memasak sedikit lebih lama dibandingkan LPG.

Sponsored