Sponsored

Ekonomi RI Melambat: Pemerintah Andalkan KUR Perumahan Dongkrak Investasi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan signifikan pada kuartal III 2025, mencatat angka 5,04% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini menunjukkan penurunan dari capaian 5,12% yoy pada kuartal sebelumnya. Analisis mendalam mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama di balik deselerasi ini adalah kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang kurang optimal, sebuah komponen krusial yang merefleksikan dinamika aktivitas investasi di dalam negeri.

Sponsored

Menyikapi tantangan tersebut, pemerintah tidak tinggal diam dan telah merancang serangkaian strategi agresif untuk kembali menggairahkan iklim investasi. Salah satu inisiatif kunci yang sedang digalakkan adalah dengan mendorong program Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan, yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak sektor riil.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam pernyataannya di Gedung Kemenko Perekonomian pada Rabu (5/11), merinci besaran alokasi untuk program vital ini. Ia menyebutkan bahwa total alokasi KUR perumahan mencapai Rp 130 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 117 triliun secara spesifik diarahkan untuk mendukung sisi penawaran (supply side) dalam upaya pembangunan dan penyediaan perumahan.

Airlangga Hartarto meyakini bahwa inisiatif KUR perumahan ini memiliki potensi besar sebagai katalisator bagi sektor perumahan untuk secara signifikan mendongkrak kinerja PMTB. Keyakinan ini diperkuat dengan fakta bahwa alokasi anggaran yang telah disiapkan untuk KUR perumahan mampu menyediakan fasilitas plafon pembiayaan hingga Rp 20 miliar, membuka peluang lebih luas bagi pelaku usaha di sektor properti.

Sebelumnya, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Moh Edy Mahmud, telah menyoroti kondisi konsumsi rumah tangga dan PMTB yang cenderung lesu. Padahal, peran PMTB sangat vital karena kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional terbilang signifikan, menjadikannya pilar penting dalam stabilitas dan kemajuan ekonomi.

Data BPS lebih lanjut mengkonfirmasi bahwa PMTB atau investasi hanya mencatat pertumbuhan 5,04% yoy pada kuartal III 2024, dengan kontribusi sebesar 29,09% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini menunjukkan penyusutan dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni kuartal II 2025, di mana PMTB mampu tumbuh lebih tinggi sebesar 6,99% dengan kontribusi 27,83% terhadap PDB.

Lebih jauh, Edy Mahmud menjelaskan bahwa komponen-komponen yang menjadi penyebab utama pelemahan PMTB meliputi jenis barang modal, mesin, dan perlengkapan. Ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor terkait dengan produksi dan pengadaan aset-aset tersebut memerlukan perhatian lebih untuk mengembalikan momentum investasi.

Meskipun demikian, di tengah perlambatan tersebut, terdapat secercah harapan. PMTB secara keseluruhan tetap menunjukkan pertumbuhan positif, terutama didorong oleh kinerja impresif pada sub-komponen mesin dan perlengkapan yang melonjak 17%, serta pertumbuhan pada sektor kendaraan yang meningkat sebesar 6,24%.

Edy juga menambahkan bahwa geliat pertumbuhan PMTB ini sejalan dengan pencapaian realisasi investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang signifikan, tercatat sebesar 13,89%. Sinergi antara komponen-komponen ini diharapkan dapat memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemulihan dan peningkatan investasi nasional di masa mendatang.

Ringkasan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,04% pada kuartal III 2025, terutama disebabkan oleh kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang kurang optimal. Pemerintah merespons dengan mendorong program Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan untuk menggairahkan investasi.

Pemerintah mengalokasikan Rp 130 triliun untuk KUR perumahan, dengan Rp 117 triliun dialokasikan untuk sisi penawaran. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, meyakini bahwa KUR perumahan dapat mendongkrak kinerja PMTB, dengan plafon pembiayaan hingga Rp 20 miliar bagi pelaku usaha properti.

Sponsored