Gita Wirjawan, peneliti tamu di Stanford dan pembawa acara Endgame Podcast, meyakini masa depan Indonesia sangat bergantung pada kualitas para gurunya. Investasi besar-besaran pada 3,5 juta guru di Indonesia, menurutnya, adalah kunci kemajuan bangsa. Ia optimistis Indonesia akan maju pesat jika setiap guru digaji layak, memiliki kecerdasan tinggi (IQ 120), menguasai beberapa bahasa asing, dan memiliki kemampuan bercerita yang baik.
“Tidak ada alasan untuk tidak optimistis,” tegasnya dalam acara Meet The Leaders 6 di Universitas Paramadina, Jakarta, Kamis (4/9). Gita berpendapat, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru akan menekan angka ketimpangan pendidikan. Data yang menunjukkan 88% kepala rumah tangga dan 93% pemilih di Indonesia bukan lulusan S1, menurutnya, bisa ditekan hingga 0% dengan strategi ini.
Namun, Gita mengakui tantangannya. Untuk mencapai standar tersebut, diperlukan keberanian untuk berinvestasi besar pada guru, termasuk menaikkan gaji mereka secara signifikan. Ia bahkan mengusulkan kenaikan gaji guru hingga Rp 20 juta, bahkan idealnya Rp 40 juta per bulan.
Meskipun terdengar fantastis, ia menghitung bahwa gaji Rp 40 juta per bulan untuk 100.000 guru hanya membutuhkan Rp 48 triliun per tahun. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan anggaran pendidikan dalam APBN 2026 yang mencapai Rp 758,8 triliun. “Yang pasti, gaji guru tidak bisa hanya Rp 2,5 juta atau Rp 2,8 juta,” tegasnya.
Gita meyakini ruang fiskal Indonesia cukup memadai untuk memulai “eksperimen” ini. Baginya, investasi bukanlah hal absolut, melainkan tentang arah. Selama ada perbaikan berkelanjutan dalam hukum, tata kelola, dan kapasitas pengelolaan risiko, investasi ini bernilai. “Kalau uang masuk dan kita gunakan untuk meningkatkan kualitas guru, saya sangat optimistis. Narasi ini bisa diputar dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gita menganalogikan Indonesia sebagai ikan paus, makhluk besar yang mampu hidup lebih dari 100 tahun. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia perlu mempercepat penyerapan ilmu dan inovasi. Ia menilai, hambatan terbesar Indonesia bukanlah feodalisme atau kolonialisme, melainkan kurangnya distribusi kognisi. Semakin merata distribusi kognisi, semakin kuat Indonesia dalam menggabungkan inovasi dan pelestarian.
“Jadi, kalau ditanya, saya optimistis ke depan,” pungkasnya, menekankan kembali keyakinannya akan masa depan Indonesia yang cerah dengan investasi yang tepat pada sektor pendidikan, khususnya guru.
Ringkasan
Gita Wirjawan menekankan pentingnya peningkatan kualitas guru di Indonesia sebagai kunci kemajuan bangsa. Ia mengusulkan kenaikan gaji guru secara signifikan, bahkan hingga Rp 20 juta atau idealnya Rp 40 juta per bulan, untuk menarik guru-guru berkualitas tinggi dengan IQ 120, menguasai bahasa asing, dan kemampuan bercerita yang baik. Menurutnya, investasi ini, meskipun besar, masih jauh lebih kecil dibandingkan anggaran pendidikan nasional dan akan menekan angka ketimpangan pendidikan.
Gita meyakini Indonesia memiliki ruang fiskal untuk melakukan investasi besar ini. Ia berpendapat bahwa peningkatan kualitas guru akan membawa kemajuan signifikan bagi Indonesia, mengingat hambatan utama kemajuan Indonesia bukan feodalisme atau kolonialisme, melainkan kurangnya distribusi kognisi. Investasi pada guru dianggap sebagai investasi pada masa depan Indonesia yang lebih cerah dan berkelanjutan.