Pasar modal Indonesia memulai hari dengan sentimen beragam. Di Jakarta, pada perdagangan Selasa (9/12/2025), Indeks Bisnis-27 terpantau dibuka melemah tipis. Namun, di tengah koreksi indeks secara keseluruhan, beberapa saham unggulan seperti PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) justru berhasil menunjukkan performa cemerlang dengan mencatat kenaikan harga yang signifikan pada awal perdagangan.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dicatat pada pukul 09.00 WIB, Indeks Bisnis-27, yang merupakan hasil kolaborasi antara BEI dan Bisnis Indonesia, membuka sesi perdagangan dengan penurunan marginal 0,01%, menempatkannya pada level 551,23. Gambaran pasar menunjukkan dinamika yang cukup kontras: dari total 27 konstituen, 8 saham berhasil menguat, 13 saham terkoreksi, sementara 6 saham lainnya terpantau bergerak stagnan.
Saham-saham yang memimpin penguatan pada Indeks Bisnis-27 pagi ini didominasi oleh kinerja impresif dari PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), yang melesat 1,82% menuju harga Rp2.240 per saham. Disusul oleh PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang turut mengukir kenaikan sebesar 1,59% ke level Rp256, dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang terapresiasi 1,18% menjadi Rp3.440 per saham.
Tren positif juga terlihat pada beberapa saham blue-chip lainnya. PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatat penguatan 1,11%, sementara PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) tumbuh 0,61%. Dari sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menguat 0,27% dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ikut terapresiasi 0,20%, menunjukkan kekuatan fundamental di tengah sentimen pasar yang variatif.
Di sisi lain, sejumlah saham menunjukkan performa kurang menguntungkan. PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) menjadi pemimpin pelemahan dengan koreksi tajam 2,08%. Berikutnya, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) juga terkoreksi signifikan 1,92%, disusul oleh PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang melemah 1,26%, dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dengan penurunan 1,14%.
Rentetan pelemahan harga juga membayangi saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang terkoreksi 1,03%, serta PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang merosot 0,79%. Tidak ketinggalan, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) melemah 0,72%, dan raksasa perbankan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga ditutup terkoreksi 0,60%, menambah daftar saham yang berada di zona merah.
Sementara itu, beberapa emiten terpantau tidak mengalami perubahan harga alias stagnan pada pembukaan perdagangan pagi ini. Di antaranya adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), menunjukkan pasar yang masih menimbang arah pergerakan mereka.
Mengalihkan pandangan ke pasar yang lebih luas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan sebelumnya. Menanggapi hal ini, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, memproyeksikan potensi penguatan berlanjut bagi IHSG. Menurut Reza, dengan dorongan dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang positif, IHSG berpeluang besar untuk mencapai level resistansi baru di angka 8.734.
Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG berhasil menguat 0,90%, mengakhiri sesi di level 8.710,70. Kinerja impresif ini juga didukung oleh aktivitas investor asing yang tercatat melakukan aksi beli bersih (net foreign buy) senilai Rp438 miliar, menandakan kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi domestik.
Reza Diofanda menegaskan dalam riset hariannya pada Selasa (9/12/2025), “Secara teknikal, IHSG masih mempunyai potensi menguat kembali dengan resistance di level 8.734. Pasar juga akan mencermati rilis data consumer confidence Indonesia yang akan menjadi katalis selanjutnya.” Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya data ekonomi mendatang dalam memengaruhi pergerakan pasar saham.
_________
Disclaimer: Artikel ini disajikan sebagai informasi dan bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi tersebut.