Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memastikan akan segera membuka keran ekspor konsentrat tembaga khusus untuk PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Keputusan ini diambil karena emiten tambang dengan kode saham AMMN tersebut tengah menghadapi kondisi force majeure (kahar) dalam proses pembangunan fasilitas peleburan atau smelter miliknya.
Menurut Bahlil, pemberian izin ekspor konsentrat ini sejalan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 6 Tahun 2025. Regulasi tersebut secara spesifik mengizinkan perusahaan tambang untuk mengekspor konsentrat jika perbaikan fasilitas peleburan mereka belum rampung setelah pertengahan tahun ini, sebuah klausul yang kini relevan bagi AMMN.
“Memang AMMN saat ini dalam keadaan kahar terkait pembangunan smelternya. Kondisi ini sudah dibuktikan dari temuan penegak hukum dan perusahaan asuransi,” ungkap Bahlil di Media Center Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat (24/10). Meskipun Bahlil tidak merinci secara detail kondisi kahar yang menimpa konstruksi smelter AMMN, ia mengisyaratkan bahwa situasi tersebut serupa dengan yang dialami PT Freeport Indonesia (PTFI) pada Oktober 2024.
Izin ekspor konsentrat tembaga ini, lanjut Bahlil, akan diberikan selama enam bulan. Ia menegaskan bahwa AMMN dipastikan dapat mulai mengekspor konsentrat tembaga pada tahun ini, meski durasi pasti hingga kapan izin tersebut akan berakhir belum dikonfirmasi. Langkah ini menjadi krusial untuk menjaga kelangsungan operasional perusahaan di tengah tantangan pembangunan smelter.
Sebagai perbandingan, insiden yang menimpa smelter PTFI di Gresik, Jawa Timur, pada Oktober 2024 cukup signifikan. Kebakaran tersebut terjadi pada fasilitas pemisahan gas bersih, hanya berselang tiga minggu setelah Presiden Joko Widodo meresmikan aktivitas produksi smelter tembaga Manyar milik PTFI pada Senin (23/9). Peristiwa ini menyoroti kerentanan proyek infrastruktur berskala besar terhadap kejadian tak terduga.
Smelter PTFI yang menelan investasi hingga Rp 56 triliun tersebut dirancang untuk mengolah konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta ton per tahun. Dari kapasitas itu, smelter ini diharapkan dapat menghasilkan 900 ribu ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 210 ton perak setiap tahunnya, menjadikannya fasilitas vital bagi industri pertambangan nasional.
Sebelumnya, Direktur Utama PTFI, Tony Wenas, telah menjadwalkan smelter yang terdampak kebakaran tersebut untuk beroperasi kembali pada akhir Juni 2025. Untuk mempercepat proses perbaikan, PTFI mengerahkan upaya logistik luar biasa, termasuk penggunaan pesawat kargo berbadan lebar seperti Boeing 747 dan tiga kali perjalanan Antonov-AN124, dengan total pengiriman material lebih dari 300 ton dari luar negeri.
Tony menambahkan, perusahaan juga memobilisasi sekitar 2.000 tenaga kerja yang beroperasi dalam dua shift, dengan fokus pada perbaikan, pengadaan komponen, konstruksi, dan instalasi. “Kami berupaya maksimal agar perbaikan dan commissioning smelter selesai lebih cepat dan efisien. Setiap tahap kami lakukan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan agar smelter secepatnya kembali berproduksi,” pungkas Tony, menunjukkan komitmen PTFI dalam mengatasi tantangan tersebut.
Ringkasan
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengumumkan pemberian izin ekspor konsentrat tembaga khusus untuk PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Keputusan ini diambil karena AMMN mengalami force majeure yang menghambat pembangunan smelter mereka. Izin ini diberikan sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 6 Tahun 2025 yang memungkinkan ekspor konsentrat jika smelter belum rampung.
Izin ekspor konsentrat tembaga ini akan berlaku selama enam bulan. Bahlil tidak merinci detail kondisi kahar yang menimpa smelter AMMN, namun mengisyaratkan kemiripan dengan kejadian yang dialami PT Freeport Indonesia (PTFI). Langkah ini dianggap krusial untuk menjaga kelangsungan operasional AMMN di tengah kendala pembangunan smelter.