Sponsored

LQ45 Kalah dari IHSG: BEI Ungkap Penyebabnya!

Babaumma – , JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan komprehensif terkait anjloknya kinerja Indeks LQ45 yang kontras dengan laju positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fenomena ini, yang menarik perhatian para pelaku pasar, mengindikasikan adanya dinamika khusus di pasar modal domestik.

Sponsored

Menurut Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, merosotnya performa Indeks LQ45 maupun IDX30 disebabkan oleh minimnya kontribusi saham-saham di dalamnya sebagai penggerak utama (movers) IHSG. Beliau menambahkan, para pelaku pasar cenderung mengalihkan fokus investasi mereka kepada saham-saham di luar kedua indeks tersebut, yang menawarkan potensi keuntungan lebih menjanjikan.

“Pelaku pasar memilih untuk mengambil momentum pada saham-saham yang belum masuk pada kedua indeks ini. Akhirnya kinerjanya lebih tinggi dibanding mungkin berinvestasi pada mutual fund,” jelas Denny pada Selasa, 28 Oktober 2025. Tren ini menunjukkan adanya pergeseran strategi investasi yang signifikan di tengah fluktuasi pasar.

: Efek Rebalancing LQ45, Saham Bluechip Jadi Magnet Investor Global

Senada dengan kondisi pasar domestik, Denny juga mengungkapkan bahwa indeks MSCI Indonesia mencatatkan penurunan sebesar 7,38% per September 2025. Penurunan ini pun ditengarai oleh alasan serupa: saham-saham yang menjadi penggerak utama IHSG saat ini belum terakomodasi dalam indeks global tersebut.

Lebih lanjut, BEI menegaskan komitmennya untuk senantiasa menyediakan fasilitas dan layanan terbaik bagi pelaku pasar, sembari berharap kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia dapat terus terjaga dan bahkan meningkat. Stabilitas dan transparansi pasar menjadi prioritas utama untuk menarik minat investor.

: : Rebalancing LQ45, Kocok Ulang Indeks Pertimbangkan Rotasi Sektoral

Data per 28 Oktober 2025 menunjukkan bahwa Indeks LQ45 masih mencatatkan koreksi year to date (YTD) sebesar 0,49% sejak awal tahun. Meskipun IDX30 berhasil bergerak positif dengan kenaikan 2,26% YTD, kedua indeks primadona ini masih jauh tertinggal dibandingkan performa impresif IHSG yang telah melambung 14,30% pada periode yang sama. Kesenjangan ini menggarisbawahi dinamika pasar yang sedang berlangsung dan strategi investasi yang tengah berkembang.

: : Saham BUMI, EMTK, NCKL Tancap Gas Imbas Rebalancing Indeks LQ45

Penting untuk dicatat, Bursa Efek Indonesia baru-baru ini melakukan rebalancing Indeks LQ45. Berdasarkan pengumuman resmi, lima saham baru telah resmi menjadi bagian dari indeks tersebut, yakni PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL).

Pergantian ini juga menandai keluarnya lima saham lain dari Indeks LQ45 untuk periode tiga bulan ke depan, yaitu PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Map Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Perubahan ini diharapkan dapat merefleksikan kondisi pasar yang lebih aktual dan meningkatkan relevansi indeks bagi investor.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

BEI menjelaskan kinerja Indeks LQ45 yang kalah dari IHSG disebabkan oleh minimnya kontribusi saham-saham LQ45 sebagai penggerak utama IHSG. Pelaku pasar cenderung beralih ke saham di luar indeks tersebut yang menawarkan potensi keuntungan lebih menarik. Kondisi serupa juga terjadi pada indeks MSCI Indonesia yang mencatatkan penurunan karena saham-saham penggerak IHSG saat ini belum terakomodasi di dalamnya.

BEI berkomitmen untuk menyediakan layanan terbaik dan menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Baru-baru ini, BEI melakukan rebalancing Indeks LQ45 dengan memasukkan lima saham baru (BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, NCKL) dan mengeluarkan lima saham (ARTO, BRIS, JSMR, MAPA, SMRA) dengan harapan dapat merefleksikan kondisi pasar yang lebih aktual.

Sponsored