Mengapa Matahari Menjadi Pusat Tata Surya?

Dari sekian banyaknya benda langit di luar angkasa, mengapa yang menjadi pusat tata surya adalah Matahari? Mungkin pertanyaan seperti ini pernah tercetus di benak kita. Tata Surya sendiri terdiri dari sebuah bintang besar yang bernama Matahari dan semua objek yang mengelilinginya.

Sistem tata surya terbentuk karena penggumpalan gas dan debu di angkasa sampai pada akhirnya terbentuk matahari dan objek-objek yang mengelilinginya. Dan objek-objek yang mengelilingi matahari ada delapan buah planet, asteroid, meteorit hingga komet.

Teori awal yang muncul mengenai sistem tata surya adalah teori Geosentrik yang dikemukakan oleh Ptolomeus, dan juga teori Heliosentrik yang dikemukakan oleh Nicolas Copernicus. Kedua teori tersebut menganut perbedaan mengenai di mana letaknya pusat tata surya.

Dalam teori Geosentrik mengatakan bahwa pusat tata surya adalah Bumi, sedangkan dalam teori Heliosentrik menyatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya adalah matahari. Tetapi, sampai saat ini teori Heliosentrik yang menjadi pijakan bahwa matahari lah yang menjadi pusat dari tata surya.

Lantas mengapa matahari yang menjadi pusat tata surya? Sebelum kalian mengetahui alasannya, simaklah uraian singkat mengenai teori Heliosentrik yang menjadi dasar tentang matahari sebagai pusat tata surya.

 

Teori Heliosentrik

Dikutip dari buku Seri Sains: Tata Surya oleh Taufiq Hidayat S.T (2017: 02), teori Heliosentrik menyatakan bahwa matahari merupakan pusat tata surya. Sementara bumi bergerak mengelilingi matahari dalam orbit berbentuk lingkaran.

Sementara untuk permasalahan orbit, data yang diperoleh Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit dari planet-planet. Akan tetapi, Copernicus tetap saja mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak konsentris (mempunyai pusat yang sama).

Copernicus telah menyampaikan teori Heliosentrik dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope II dan diterima oleh gereja.

Dan di kemudian hari, setelah Copernicus meninggal dunia, pandangan gereja pun berubah. Teori Heliosentrik dianggap berbahaya, dikarenakan bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap bahwa manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.

Setelah tahun 1960, mulai bermunculan hipotesis-hipotesis yang muncul untuk memperkuat pernyataan bahwa memang matahari lah yang menjadi pusat tata surya di alam semesta ini.

 

Mengapa Matahari yang Menjadi Pusat Tata Surya? Jelaskan!

Dengan berdasarkan buku Geografi SMA Kelas X karya Yusman Hestiyanto (2007: 23), matahari menjadi pusat tata surya karena gaya gravitasi yang dimilikinya. Matahari merupakan bintang yang mempunyai massa sangat besar.

Jadi, massa matahari yang sangat besar inilah yang menjadikan matahari mempunyai gaya tarik gravitasi yang besar pula. Diyakini bahwa gravitasi yang dimiliki matahari sebesar 28 kali lebih kuat daripada gravitasi yang dimiliki oleh bumi.

Dengan begitu besarnya gaya gravitasi yang dimiliki matahari, maka matahari mampu untuk menyatukan planet-planet, asteroid, komet, meteor, meteorit dan juga benda-benda langit lainnya menjadi satu kesatuan.

Meskipun matahari bukanlah bintang yang paling besar, tetapi tetap saja matahari menjadi bintang paling besar bagi manusia di bumi, karena jaraknya yang paling dekat dengan bumi.

Cahaya dan panas yang dihasilkan oleh matahari inilah yang justru menyebabkan adanya kehidupan di bumi. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung, cahaya dan panas matahari telah memberikan energi kepada semua makhluk hidup yang berada di bumi.

Tinggalkan komentar