Dana pensiun Mercedes-Benz telah menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Nissan Motor, Jepang, senilai Rp5,3 triliun (47,83 miliar yen). Pengumuman penjualan saham sebesar 3,8% yang dilakukan Senin (25/8/2025) oleh Mercedes-Benz, berdampak signifikan pada harga saham Nissan yang anjlok hingga 6% pada penutupan pasar. Ini merupakan penurunan harian terbesar sejak awal Juli, mengindikasikan keraguan investor terhadap prospek pemulihan perusahaan otomotif Jepang tersebut.
Penurunan kinerja Nissan, ditandai dengan kerugian Rp8,7 triliun (USD 535 juta) pada kuartal ketiga tahun ini, diperparah oleh peningkatan tarif dan penurunan penjualan di pasar utama, Amerika Serikat dan China. Situasi ini terjadi setelah kesepakatan perubahan kemitraan antara Nissan dan Renault, yang mengurangi kepemilikan saham Renault di Nissan dari 15% menjadi 10%.
Mercedes-Benz melepas saham Nissan seharga 341,3 yen per saham, atau diskon 5,98% dari harga penutupan Senin (363 yen). Menurut sumber Reuters, harga tersebut berada dalam kisaran yang telah ditetapkan, yaitu 337,5 yen hingga 341 yen. Menariknya, permintaan saham melebihi jumlah yang ditawarkan, dengan sepuluh investor utama mengalokasikan sekitar 70% dari total saham yang dijual. Meskipun demikian, baik Nissan maupun Mercedes-Benz enggan memberikan komentar lebih lanjut selain pernyataan resmi sebelumnya.
Mercedes-Benz menyatakan bahwa saham Nissan, yang diakuisisi oleh dana pensiun perusahaan pada 2016, tidak lagi memiliki nilai strategis. Penjualan tersebut dijelaskan sebagai bagian dari strategi pembersihan portofolio. Sementara itu, Renault, pemegang saham mayoritas Nissan dengan kepemilikan 35,7% (17,05% langsung dan sisanya melalui trust), mencatat kerugian USD 11 miliar atas investasi mereka di Nissan bulan lalu. Analis otomotif Christopher Richter dari CLSA memperkirakan Renault akan terus berupaya melepas sahamnya di Nissan, meskipun terikat oleh kontrak dalam penjualan saham di pasar terbuka. Ia menambahkan bahwa minat Nissan untuk membeli kembali saham tersebut telah berkurang akibat kondisi keuangan perusahaan yang ketat.
CEO Nissan, Ivan Espinosa, yang menjabat sejak April 2025, telah meluncurkan rencana pemulihan untuk mengembalikan keuntungan perusahaan. Rencana ini mencakup pengurangan kapasitas produksi global menjadi 2,5 juta kendaraan (dari 3,5 juta) dan pengurangan jumlah pabrik menjadi 10 (dari 17) pada tahun fiskal 2027. Meskipun Espinosa menyatakan Nissan telah membuat kemajuan dalam pemotongan biaya, perusahaan masih berada di tahap awal pemulihan.
Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory, memperkirakan Renault akan secara bertahap mengurangi kepemilikannya di Nissan seiring melemahnya kemitraan kedua perusahaan tersebut. Kesulitan yang dihadapi Nissan semakin diperparah oleh pemecatan mantan bos Carlos Ghosn, yang didakwa atas tuduhan pelanggaran keuangan—tuduhan yang dibantahnya. Kejadian ini turut memengaruhi dinamika dan kinerja aliansi Renault-Nissan.
Ringkasan
Dana pensiun Mercedes-Benz menjual seluruh sahamnya di Nissan senilai Rp5,3 triliun, mengakibatkan harga saham Nissan anjlok 6%. Penjualan saham sebesar 3,8% ini dilakukan karena saham Nissan dinilai tidak lagi strategis bagi Mercedes-Benz dan merupakan bagian dari strategi pembersihan portofolio. Penurunan kinerja Nissan, yang merugi Rp8,7 triliun pada kuartal ketiga, disebabkan oleh penurunan penjualan dan peningkatan tarif di pasar utama.
Penjualan saham Mercedes-Benz dilakukan dengan harga diskon, meskipun permintaan melebihi penawaran. Renault, pemegang saham mayoritas Nissan, juga mengalami kerugian besar atas investasinya di Nissan dan diperkirakan akan mengurangi kepemilikannya secara bertahap. Nissan sendiri tengah berupaya melakukan pemulihan melalui rencana pengurangan kapasitas produksi dan pabrik, namun masih berada di tahap awal pemulihan.