Peredaran gelap narkoba kini tak hanya menjadi ancaman di perkotaan, tetapi telah merambah hingga ke pelosok pedesaan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Polisi Marthinus Hukom, dalam konferensi pers di kantor BNN, Jakarta Timur, Jumat (22/8).
Menurut Jenderal bintang tiga tersebut, para pengedar telah menyesuaikan strategi mereka dengan daya beli masyarakat pedesaan. Mereka menawarkan paket hemat narkoba, dengan kemasan dan harga yang terjangkau oleh masyarakat di wilayah tersebut. Ini menunjukkan adaptasi yang berbahaya dari sindikat narkoba dalam memperluas jangkauan pasar mereka.
Perbedaan daya beli antara masyarakat perkotaan dan pedesaan menjadi faktor kunci. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di pedesaan sebesar Rp 1.162.944, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita di DKI Jakarta yang mencapai Rp 4.446.770.
Maraknya peredaran narkoba di daerah pedesaan, lanjut Marthinus, merupakan ancaman serius terhadap keamanan. Penyebaran zat terlarang hingga ke pelosok desa ini membahayakan masyarakat dan mengganggu stabilitas keamanan nasional. BNN pun terus berupaya memberantas peredaran gelap narkoba di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di pedesaan.
Ringkasan
Peredaran narkoba kini telah meluas hingga ke pedesaan, dengan para pengedar menawarkan “paket hemat” menyesuaikan daya beli masyarakat setempat. Strategi ini menunjukkan adaptasi berbahaya sindikat narkoba dalam memperluas pasarnya, memanfaatkan perbedaan daya beli antara perkotaan dan pedesaan yang signifikan.
Kepala BNN, Komjen Pol. Marthinus Hukom, menyatakan ancaman ini sangat serius bagi keamanan nasional. BNN terus berupaya memberantas peredaran narkoba di seluruh Indonesia, termasuk di daerah pedesaan untuk mencegah meluasnya dampak negatif penyalahgunaan narkoba.