Sponsored

Pendapatan Bunga Melesat, Laba BTN Naik 10% Jadi Rp 2,3 T per September 2025

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan laba bersih hingga kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp 2,3 triliun, naik 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih BBTN terutama ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang melonjak 43,5% secara tahunan mencapai Rp 12,76 triliun.

Sponsored

Adapun lonjakan pendapatan bunga bersih BTN diperoleh dari pendapatan belanja bunga yang naik 18,8% secara tahunan menjadi Rp 26,57 triliun. Sedangkan beban bunga hanya naik 2,5% secara tahunan menjadi Rp 13,81 triliun.

Perusahaan pun mencatatkan kenaikan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) 101 basis poin (bps) menjadi 3,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,9%. Adapun efisiensi yang dilakukan juga menghasilkan penurunan cost-to-income ratio (CIR) yang menurun ke level 47,8% hingga kuartal III-2025, dari periode yang sama tahun lalu sebesar 59,9%.

“BTN kembali membukukan laba bersih pada kuartal III-2025 berkat konsistensi kami menjaga pertumbuhan bisnis terutama di pembiayaan sektor perumahan dan transaksi keuangan yang beragam agar bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan,” ujar Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (23/10).

BTN mencatatkan penyaluran kredit dan pembiayaan BTN hingga kuartal III 2025 tumbuh 7% secara tahunan mencapai Rp 381,03 triliun. Penyaluran kredit kredit dan pembiayaan ke sektor perumahan yang menjadi fokus utama perusahaan tumbuh  6,4% yoy menjadi Rp 322,53 triliun. Sedangkan kredit sektor nonperumahan (non-housing loan) naik 10,7% yoy menjadi Rp 58,49 triliun.

Pertumbuhan kredit perumahan BTN terutama ditopang oleh penyaluran KPR Sejahtera FLPP atau KPR subsidi yang naik 8% mencapai Rp 186,58 triliun. Sedangkan KPR non-subsidi tumbuh 7,3% menjadi Rp 111,33 triliun.

“Keputusan pemerintah yang telah meningkatkan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 350.000 unit tahun ini dan alokasi untuk BTN sebanyak 220.000 unit menopang pertumbuhan kredit dan pembiayaan subsidi di BTN,” ujar Nixon.

Di sisi lain, menurut Nixon, BTN mencatatkan pertumbuhan DPK mencapai  16,0% secara tahunan menjadi Rp429,92 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut ditopang oleh kenaikan deposito ritel berbiaya lebih rendah dibandingkan deposito institusi skala besar.

Selain itu, BTN juga menjaga pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) yang hampir mencapai separuh dari total DPK BTN per kuartal III-2025, termasuk di antaranya dipicu oleh peningkatan transaksi di aplikasi Bale by BTN.

Adapun jumlah user Bale by BTN telah mencapai 3,2 juta hingga akhir kuartal III-2025, naik 66,8% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebanyak 1,9 juta. Sedangkan jumlah transaksi Bale by BTN melonjak 96,0% menjadi 1,53 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 783,5 juta. Sementara itu, nilai transaksi di Bale by BTN mencapai Rp71,9 triliun hingga akhir September 2025, naik 19,6% yoy dari September tahun lalu sebesar Rp60,1 triliun.

Seiring pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan DPK, BTN mencatat loan-to-deposit ratio  (LDR) di level 88,6%, turun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu 96,0%.

BTN juga mencatatkan total aset berhasil menembus Rp500 triliun hingga September 2025, naik 12,2% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp455,10 triliun.

Kinerja Unit Usaha Syariah yang Bersiap Jadi Bank Baru

Hingga kuartal III-2025, UUS BTN membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 8,4% yoy menjadi Rp 592 miliar.  Pencapaian tersebut ditopang oleh peningkatan pembiayaan sebesar 19,7% yoy menjadi Rp 51,10 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 42,70 triliun.

Perolehan dana UUS juga meningkat mencapai 19,3% yoy menjadi Rp 56,90 triliun pada akhir September 2025. Pertumbuhan positif di pembiayaan dan DPK berbuah peningkatan aset yang naik 18,4% yoy menjadi Rp 68,36 triliun hingga kuartal III tahun ini.

“UUS BTN tinggal selangkah lagi untuk tampil sebagai bank umum syariah dengan potensi yang sangat besar di industri perbankan syariah nasional,” kata Nixon.

Ia berharap kehadiran Bank Syariah Nasional (BSN) dapat melayani berbagai kebutuhan keuangan syariah masyarakat dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia

Sponsored