Sponsored

PWON vs BSDE vs BKSL: Siapa Untung Terbesar dari Insentif PPN?

Sektor properti Indonesia kembali menjadi sorotan setelah sejumlah emiten besar melaporkan kinerja keuangan mereka untuk sembilan bulan pertama tahun 2025. Hasilnya bervariasi, menunjukkan dinamika pasar yang menarik. Di antara perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terpantau adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Sentul City Tbk (BKSL).

Sponsored

Laporan keuangan hingga akhir September 2025 menunjukkan bahwa PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Sentul City Tbk (BKSL) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif secara tahunan. Laba bersih PWON terkerek 3,61% secara year-on-year (yoy), sementara BKSL mencatat peningkatan laba bersih yang jauh lebih signifikan, melonjak hingga 161%. Namun, tidak semua emiten bernasib sama; kinerja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) justru tertekan, anjlok sebesar 49% yoy.

Pencapaian emiten properti ini tidak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah. Sebelumnya, para analis telah optimistis terhadap prospek saham sektor properti, didorong oleh perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100% yang kini berlaku hingga akhir tahun 2027. Kebijakan ini dinilai krusial dalam menjaga daya beli masyarakat dan menopang pertumbuhan sektor properti yang memiliki efek berganda luas terhadap perekonomian.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa perpanjangan fasilitas PPN DTP, yang semula akan berakhir pada 31 Desember 2026, kini diperpanjang hingga 31 Desember 2027. “Fasilitas ini diberikan hingga 31 Desember 2026 awalnya, sekarang diperpanjang lagi hingga 31 Desember 2027,” kata Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Oktober 2025 di Jakarta, Selasa (15/10). Menurut Purbaya, langkah ini diambil untuk melindungi daya beli kelas menengah serta mendukung sektor properti yang sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi.

Senada dengan pemerintah, Retail Research Team Leader CGS Sekuritas, Mino, juga menyambut baik kebijakan tersebut. Ia menambahkan bahwa insentif PPN DTP ini akan sangat menguntungkan bagi pengembang yang memiliki banyak stok rumah siap jual. “Ini bakal menguntungkan emiten properti,” ujarnya, mengindikasikan prospek positif bagi perusahaan-perusahaan yang siap memanfaatkan momentum ini.

Lantas, bagaimana rincian kinerja keuangan ketiga emiten tersebut dalam sembilan bulan pertama tahun ini? Mari kita telaah lebih lanjut.

Baca juga:

  • Beda Arah Laba Dua Raksasa Menara Telekomunikasi TBIG dan TOWR, Apa Sebabnya?
  • Geliat Kinerja Emiten Prajogo (CDIA), Laba Terbang 266,2% Jadi Rp1,3 T Kuartal 3
  • IHSG Naik 0,22%, Saham Teknologi GOTO, EMTK, hingga MLPT Meningkat

PT Sentul City Tbk (BKSL) Raup Laba Bersih Rp 71 Miliar hingga Kuartal III

PT Sentul City Tbk (BKSL) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 71,94 miliar hingga akhir September 2025. Angka ini melonjak tajam 161,40% dibandingkan dengan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya mencapai Rp 27,52 miliar. Kinerja cemerlang ini sejalan dengan peningkatan pendapatan yang signifikan. Sentul City mencatatkan pendapatan sebesar Rp 836,97 miliar hingga kuartal ketiga tahun ini, tumbuh 96,24% dari pendapatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 426,42 miliar. Pundi-pundi pendapatan BKSL utamanya diperoleh dari penjualan lahan siap bangun, rumah hunian, ruko, dan apartemen senilai Rp 648,72 miliar. Selain itu, pendapatan dari hotel, restoran, dan taman hiburan juga berkontribusi sebesar Rp 135,84 miliar, ditambah pendapatan dari pengelolaan zona sebesar Rp 52,41 miliar.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Catatkan Laba Bersih Rp 1,72 Triliun

Emiten properti selanjutnya, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), menunjukkan kinerja positif dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 1,72 triliun sepanjang periode Januari-September 2025. Torehan ini naik 3,61% dibandingkan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 1,66 triliun. Kenaikan laba bersih PWON ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan perseroan yang juga solid. Pendapatan PWON tumbuh 6,93% secara tahunan, mencapai Rp 5,11 triliun sepanjang kuartal ketiga tahun ini, dari Rp 4,78 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sumber pendapatan PWON berasal dari beberapa lini bisnis, termasuk segmen pengelolaan pusat perkantoran, perbelanjaan, dan apartemen servis senilai Rp 3,22 triliun. Segmen real estat memberikan kontribusi sebesar Rp 1,02 triliun, sementara bisnis perhotelan menyumbang Rp 910,05 miliar.

Kinerja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) Tertekan di Kuartal III

Berbeda dengan dua emiten di atas, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menghadapi tantangan serius. Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 1,36 triliun hingga kuartal ketiga 2025, anjlok signifikan 49,53% dibandingkan dengan laba bersih yang didapatkan pada periode sebelumnya, yakni Rp 2,70 triliun. Penurunan laba ini sejalan dengan pendapatan usaha BSDE yang juga tertekan. Merujuk laporan kinerja keuangan kuartal III, emiten ini mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 8,76 triliun, menurun 12,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,06 triliun. Pendapatan perseroan diperoleh dari lini bisnis real estat sebesar Rp 8,09 triliun, bisnis properti senilai Rp 535,76 miliar, serta bisnis hotel sebesar Rp 35,24 miliar. Selain itu, bisnis jalan tol berkontribusi senilai Rp 74,85 miliar, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 23,04 miliar.

Ringkasan

Sektor properti menunjukkan hasil yang bervariasi hingga kuartal III 2025. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 3,61%, dan PT Sentul City Tbk (BKSL) melonjak signifikan dengan peningkatan 161%. Sebaliknya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengalami penurunan laba bersih sebesar 49%.

Kinerja emiten properti ini didukung oleh perpanjangan insentif PPN DTP hingga akhir 2027. Kebijakan ini disambut baik dan diharapkan dapat menguntungkan pengembang dengan banyak stok rumah siap jual. Rinciannya, BKSL meraih laba bersih Rp 71,94 miliar, PWON mencatatkan laba bersih Rp 1,72 triliun, sementara BSDE mencatat laba bersih sebesar Rp 1,36 triliun.

Sponsored