Sponsored

Strategi Danantara: Dongkrak Transaksi Harian Bursa Rp132,6 Triliun!

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, atau yang dikenal dengan Danantara, secara ambisius menargetkan peningkatan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar modal Indonesia. Jika saat ini RNTH berada di angka Rp 16,23 triliun (setara sekitar US$ 1 miliar) pada Jumat (16/10) lalu, Danantara mendorong agar nilai tersebut dapat melonjak signifikan hingga US$ 5–8 miliar per hari, atau setara dengan Rp 132,64 triliun untuk target US$ 8 miliar. Target besar ini disampaikan oleh Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, dalam gelaran Capital Market Summit & Expo 2025 di Main Hall BEI, akhir pekan lalu.

Sponsored

Untuk merealisasikan lonjakan RNTH yang dramatis ini, Pandu Sjahrir menegaskan bahwa pasar modal Indonesia harus memperkuat fondasi internalnya terlebih dahulu. Dalam konteks ini, Danantara, sebagai induk investasi bagi perusahaan-perusahaan BUMN, berkomitmen penuh untuk mengambil peran sentral. Mereka tidak hanya akan mengalokasikan investasinya pada saham-saham domestik, tetapi juga aktif mendorong anak-anak perusahaan di bawah payung holding-nya untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Mau secepatnya lah, kan bisa mulai mendaftar,” ujar Pandu, seperti yang dikutip pada Senin (20/10), menunjukkan urgensi dari inisiatif ini.

Lebih lanjut, Pandu menekankan bahwa kegiatan menabung atau berinvestasi di pasar modal merupakan langkah strategis untuk investasi jangka panjang yang menjanjikan. Danantara sendiri baru saja memulai alokasi dananya ke berbagai instrumen investasi, baik di dalam maupun luar negeri. Namun, komitmen terhadap ekonomi domestik sangat jelas; sekitar 80% dari total dana yang dimiliki akan difokuskan untuk instrumen investasi di dalam negeri pada tahun ini. “Kita sekarang baru mulai melakukan investasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagian besar untuk investasi untuk tahun ini, 80% di dalam negeri,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam kesempatan yang berbeda, Pandu Sjahrir juga menyoroti salah satu hambatan krusial bagi pertumbuhan modal ventura (venture capital) di Indonesia, yaitu minimnya mitra investasi yang kuat. Oleh karena itu, salah satu solusi fundamental untuk memperkuat ekosistem investasi di Tanah Air adalah melalui keberadaan Sovereign Wealth Fund, yang dalam hal ini adalah Danantara itu sendiri. Badan ini didirikan dengan tujuan utama mencari kemitraan strategis yang mampu memberikan penguatan signifikan bagi pasar modal Indonesia. “Jika kita ingin venture capital tumbuh lebih besar dan relevan, dengan modal yang benar-benar berani diinvestasikan, maka hal pertama yang harus dibenahi adalah pasar modal,” jelas Pandu dalam acara Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu (15/10).

Pandu juga membandingkan kondisi pasar modal Indonesia dengan negara-negara lain, menyoroti bahwa perjalanan pasar modal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) masih memerlukan waktu panjang dan peningkatan substansial. Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia seharusnya mampu mencapai nilai transaksi harian saham yang jauh lebih tinggi dari saat ini. Ia menganalogikan bahwa nilai transaksi saham Indonesia saat ini hanya sekitar US$ 1 miliar per hari, padahal potensinya bisa mencapai US$ 8 miliar per hari. Perbandingan dengan India, yang memiliki nilai transaksi harian saham mencapai US$ 12-15 miliar per hari, semakin menggarisbawahi potensi pertumbuhan yang belum tergarap. “Seharusnya sebagai negara terbesar di ASEAN, kita bisa mencapai US$ 8 miliar per hari,” tegasnya, dengan harapan besar agar pasar modal Tanah Air terus tumbuh progresif.

Tidak hanya faktor internal, Pandu juga menyoroti besarnya pengaruh faktor geopolitik terhadap iklim investasi di Indonesia. Menurutnya, sekitar 50%–60% dari seluruh proses investasi di Tanah Air dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik. Oleh karena itu, Pandu mengingatkan bahwa asumsi mengenai aturan main investasi yang konstan sudah tidak relevan lagi. “Risiko deglobalisasi sudah nyata dan risiko nasionalisasi juga semakin meningkat, sehingga para pelaku investasi harus berpikir lebih hati-hati,” pungkasnya, menekankan pentingnya strategi investasi yang adaptif dan penuh perhitungan di tengah dinamika global yang terus berubah.

Ringkasan

Danantara menargetkan peningkatan signifikan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar modal Indonesia hingga mencapai US$ 5-8 miliar per hari, yang setara dengan Rp 132,64 triliun untuk target US$ 8 miliar. Untuk mencapai target ini, Danantara akan memperkuat fondasi internal pasar modal dengan mengalokasikan investasi pada saham domestik dan mendorong anak perusahaan BUMN untuk melantai di BEI.

Danantara menekankan pentingnya investasi jangka panjang di pasar modal dan berkomitmen untuk mengalokasikan sekitar 80% dari total dana investasinya di dalam negeri pada tahun ini. Selain itu, Danantara melihat perlunya mengatasi hambatan bagi pertumbuhan modal ventura, salah satunya dengan berperan sebagai Sovereign Wealth Fund untuk mencari kemitraan strategis dan memperkuat ekosistem investasi di Indonesia, serta memperhitungkan pengaruh faktor geopolitik terhadap iklim investasi.

Sponsored