Emiten pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) bersama anak usahanya, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF), telah menandatangani Kesepakatan Pemisahan Bersyarat atau Conditional Spin-off Agreement (CSA), pemisahan sebagian bisnis dan aset Wholesale Fiber Connectivity senilai Rp 35,78 triliun.
Seiring dengan perjanjian itu, saham TLKM langsung melesat 11,56% ke Rp 3.280 dengan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 324,92 triliun. Secara year to date (ytd) sahamnya melonjak hingga 21,03%.
Usai aksi korporasi tersebut, TIF akan menguasai lebih dari 50% aset infrastruktur jaringan fiber Telkom. Hal itu mencakup segmen access, aggregation, backbone, serta infrastruktur pendukung lainnya.
Lalu Telkom tetap memiliki lebih dari 99,9% saham TIF dan bakal beroperasi secara netral dalam menyediakan layanan wholesale fiber connectivity bagi pelanggan eksternal maupun internal Telkom Group.
Seiring dengan hal itu, Direktur Utama Telkom Indonesia Dian Siswarini mengaku keberadaan Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) akan memperkuat posisi TelkomGroup sebagai penyedia infrastruktur digital utama di Indonesia. Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperkokoh fondasi bisnis dalam menghadapi percepatan transformasi digital dan meningkatnya kebutuhan konektivitas berkapasitas tinggi di seluruh Tanah Air.
“Namun sekaligus memungkinkan kami menghadirkan layanan generasi terbaru yang lebih kompetitif serta memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan,” kata Dian dalam keterangannya, dikutip Rabu (22/10).
Menurutnya pendekatan yang diterapkan Telkom sejalan dengan praktik terbaik global. Beberapa operator telekomunikasi besar dunia, seperti Telstra (Australia), Telecom Italia (TIM), Telefonica, O2, dan CETIN (Republik Ceko), telah berhasil meningkatkan efisiensi, valuasi, serta peluang kemitraan strategis melalui pembentukan entitas terpisah yang khusus mengelola bisnis infrastruktur jaringan.
Di samping itu Direktur Utama Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF), I Ketut Budi Utama, mengatakan TIF siap menjadi tulang punggung konektivitas digital nasional. Pemisahan ini menjadi momentum bagi perusahaan untuk beroperasi lebih fokus dan efisien dalam pengelolaan infrastruktur jaringan.
TIF berkomitmen memperluas jangkauan infrastruktur serta mendorong inovasi berkelanjutan dan menghadirkan layanan wholesale connectivity yang andal, transparan, dan kompetitif, sekaligus memperkuat kolaborasi dengan pelaku industri telekomunikasi.
Dalam menjalankan bisnisnya, TIF menggunakan jenama “InfraNexia”, yang bermakna koneksi infrastruktur Indonesia, sebagai wujud komitmen untuk menjadi penggerak utama optimalisasi jaringan fiber di Indonesia. Melalui produk wholesale fiber connectivity seperti Metro-E, SL-WDM, Global Link, IP Transit, Passive Access, VULA, dan Bitstream, perusahaan juga terus mengembangkan layanan white label FTTX untuk memenuhi kebutuhan pelanggan wholesale.
“Kami ingin memastikan bahwa kehadiran TIF mampu memberikan nilai tambah yang nyata, tidak hanya bagi pelanggan wholesale, tetapi juga bagi ekosistem digital nasional secara keseluruhan,” ujar Ketut.