
Indeks saham Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup turun pada perdagangan Senin (8/12), seiring pelaku pasar menunggu hasil pertemuan terakhir The Federal Reserve yang dijadwalkan pekan ini.
Indeks utama turun 0,35% ke 6.846,51 dan Nasdaq Composite melemah 0,14% ke 23.545,90. Kemudian Dow Jones Industrial Average terkoreksi 215,67 poin atau 0,45% dan berakhir di 47.739,32.
Meski demikian, saham-saham di sektor teknologi masih menjadi pusat perhatian. Saham Broadcom menguat hampir 3% dan mencetak rekor baru setelah laporan bahwa Microsoft tengah membahas desain chip khusus dengan perusahaan tersebut.
Lalu Confluent melesat sekitar 29% usai IBM mengumumkan rencana akuisisi senilai US$ 11 miliar yang ditargetkan rampung pada pertengahan 2026. Sementara itu, saham Oracle naik lebih dari 1% di tengah meningkatnya optimisme investor menjelang rilis kinerja kuartalan pada Rabu.
Baca juga:
- Superbank (SUPA) Tetapkan Harga IPO Rp 635, Catat Jadwal dan Prospek Sahamnya
- Harga Teoritis PANI Rp 13.850, Berapa Potensi Cuan Right Issue Saham Aguan?
Adapun tekanan terhadap pasar meningkat akibat kenaikan berkelanjutan imbal hasil obligasi Treasury tenor 10 tahun. Yield acuan tersebut terus naik sepanjang Desember, meski ada peluang besar pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pekan ini.
Hal ini terjadi lantaran investor masih mencemaskan soal prospek inflasi pada awal tahun depan dan ruang bank sentral untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran suku bunga. Namun, optimisme pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga semakin menguat dalam beberapa pekan terakhir.
Setelah dua kali memangkas suku bunga sebesar 0,25% pada September dan Oktober, probabilitas The Fed kembali menurunkan suku bunga mencapai sekitar 89%. Berdasarkan proyeksi kontrak futures suku bunga federal, Angka itu naik signifikan dari 67% dari bulan lalu.
Selain itu, kenaikan optimisme investor belakangan ini tercermin dari pergerakan bursa yang membukukan kenaikan dua pekan berturut-turut. S&P 500 dan Nasdaq menutup perdagangan Jumat dengan reli empat hari beruntun, sementara Dow mencatat tiga sesi positif dalam empat hari terakhir.
Pasar mendapat tambahan tenaga setelah tertundanya rilis data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti September yang menunjukkan hasil di bawah ekspektasi. Hal ini menjadi salah satu indikator ekonomi terakhir sebelum The Fed menggelar pertemuan kebijakan.
Kepala investasi Integrated Partners, Stephen Kolano, menilai pergerakan pasar dalam satu hingga dua pekan terakhir menunjukkan pelaku pasar semakin yakin terhadap peluang besar pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.
“Jika mereka tidak memotong suku bunga, lupakan saja. Saya pikir pasar akan turun 2% hingga 3%,” ucap Kolano dikutip CNBC, Selasa (9/12).
Selain potensi pemangkasan suku bunga, Kolano juga memperkirakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menegaskan arah kebijakan selanjutnya bergantung pada data, terutama setelah laporan ADP November menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja.
Masa jabatan Powell yang berakhir pada Mei 2026 juga dinilai membuat sikapnya lebih berhati-hati dalam menanggapi ekspektasi pasar terkait proyeksi suku bunga tahun depan.
Powell diperkirakan akan menekankan bahwa setelah beberapa kali pemangkasan, The Fed perlu mencermati perkembangan data sebelum mengambil langkah baru. Penundaan pemangkasan hingga jauh ke 2026 dikhawatirkan dapat menimbulkan tekanan tambahan terhadap pasar pada paruh pertama tahun depan.