Sponsored

BI Patok Pertumbuhan Kredit 8%-12% Tahun Depan, Bankir Beri Respons

JAKARTA – Sektor perbankan nasional mulai menyuarakan pandangannya terkait proyeksi pertumbuhan kredit untuk tahun depan, yang ditargetkan berada dalam rentang optimis 8-12%. Target ini menjadi sorotan utama di tengah dinamika ekonomi global dan domestik, memicu berbagai respons dari para pemimpin industri keuangan.

Sponsored

Henry Widjaja, selaku Chief of Commercial Banking PT Bank Permata Tbk. (BNLI), mengungkapkan bahwa perseroan akan menyesuaikan target pertumbuhan kreditnya sejalan dengan pergerakan pasar. Beliau menekankan pentingnya bagi bank untuk tidak tertinggal jauh dari pertumbuhan pasar, sebab hal tersebut berpotensi melemahkan posisi kompetitif bank. “Kami akan bergerak seiring dengan dinamika industri perbankan secara keseluruhan,” ujar Henry saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, pada Selasa, 2 Desember 2025.

Dalam analisisnya, Henry mengidentifikasi beberapa faktor yang diperkirakan masih akan membayangi laju pertumbuhan kredit pada tahun mendatang. Menurutnya, tantangan signifikan saat ini justru terletak pada aspek permintaan. Permintaan akan pembiayaan dari sektor industri sangat bergantung pada kondisi dan perkembangan ekonomi makro. Oleh karena itu, kebutuhan akan kredit, upaya penghimpunan dana, serta penjualan produk keuangan diharapkan akan tumbuh harmonis seiring dengan meningkatnya aktivitas bisnis.

Sejalan dengan kehati-hatian tersebut, Bank Permata menegaskan komitmennya untuk selektif dalam menyalurkan kredit. “Kami tidak dapat bertindak agresif secara berlebihan. Pendekatan kami adalah berhati-hati dan menyesuaikan penyaluran dengan kebutuhan pasar yang riil,” jelasnya, menyoroti strategi yang terukur dalam menghadapi fluktuasi ekonomi.

Berbeda pandangan, Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia, menyatakan keyakinannya akan potensi pertumbuhan kredit perbankan yang lebih tinggi di tahun mendatang. Optimisme ini didasari oleh berbagai faktor, termasuk pemberian insentif dari pemerintah dan prospek penurunan suku bunga, baik di tingkat global maupun domestik.

Menurut Batara, serangkaian insentif dan pelonggaran kebijakan moneter yang diterapkan memiliki kapasitas untuk menstimulasi permintaan kredit secara signifikan. “Pesan yang perlu digarisbawahi adalah bahwa tahun depan akan lebih kondusif karena kita akan berada dalam lingkungan dengan suku bunga yang lebih rendah,” ungkap Batara setelah menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 di Jakarta Pusat, pada Jumat, 28 November 2025.

Senada dengan optimisme tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam pidatonya menyampaikan harapan agar pertumbuhan kredit dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi, dengan target antara 8% hingga 12% pada tahun depan. Untuk mendukung target ambisius ini, BI berkomitmen untuk terus mendorong penerapan kebijakan makroprudensial yang longgar sepanjang tahun 2026.

Perry menambahkan bahwa bank sentral berencana menyalurkan insentif likuiditas makroprudensial. Insentif ini secara khusus ditujukan bagi bank-bank yang menunjukkan respons cepat dalam menurunkan suku bunga kredit mereka. “Kebijakan makroprudensial yang longgar akan semakin diperkuat pada tahun 2026, guna memacu pertumbuhan kredit perbankan agar dapat mencapai level yang lebih tinggi,” tegas Perry dalam ajang PTBI 2025, menunjukkan dukungan penuh BI terhadap sektor keuangan.

Ringkasan

Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 8-12% pada tahun depan. Target ini direspon beragam oleh pelaku industri. Henry Widjaja dari Bank Permata menyatakan akan menyesuaikan target pertumbuhan kredit sesuai dinamika pasar dan berhati-hati dalam penyaluran kredit, mempertimbangkan tantangan permintaan pembiayaan dari sektor industri dan kondisi ekonomi makro.

Sementara itu, Batara Sianturi dari Citi Indonesia optimis pertumbuhan kredit akan lebih tinggi karena insentif pemerintah dan potensi penurunan suku bunga. Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyampaikan harapan serupa dan berkomitmen mendorong kebijakan makroprudensial yang longgar serta memberikan insentif likuiditas bagi bank yang menurunkan suku bunga kredit.

Sponsored