Sponsored

UMKM Perempuan Unggul di ISF 2025: Akses Modal & Pasar Terbatas

Peran strategis perempuan dalam sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia sangat dominan secara kuantitas. Namun, temuan mengejutkan menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap rantai pasok, meliputi pasar, pembiayaan, dan teknologi, masih tergolong sangat minim. Kesenjangan ini menjadi sorotan utama dalam agenda global.

Sponsored

Fakta krusial ini terungkap dalam International Conference on Sustainable Development Goals (SDGs), sebuah bagian penting dari rangkaian Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2025, yang diselenggarakan di Hotel Le Méridien Jakarta pada hari ini. Ajang prestisius ini, yang digagas oleh Nuraa Women’s Institute (NWI), mengangkat tema “Women-Led SMEs in Driving Economic Growth and Sustainable Development”, menekankan pentingnya peran UMKM yang dipimpin perempuan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum Koordinator Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sekaligus Co-chair Organizing Committee ISF 2025, secara tegas menyoroti data yang mencolok. Ia memaparkan bahwa 64% UMKM di Indonesia dipimpin oleh perempuan, angka ini dua kali lipat dari rata-rata global. Ironisnya, dari jumlah tersebut, hanya 7% yang berhasil terintegrasi ke dalam rantai pasok domestik dan bahkan lebih kecil lagi, hanya 4,1%, yang mampu menembus rantai pasok global.

Melihat disparitas yang signifikan ini, Shinta menekankan urgensi perumusan strategi konkret. Strategi tersebut harus difokuskan untuk membuka pintu akses pembiayaan, teknologi, dan pasar yang lebih luas bagi para wirausaha perempuan di seluruh Indonesia. Langkah ini krusial untuk memastikan bahwa potensi ekonomi mereka dapat dimaksimalkan.

Dalam pidato sambutannya yang inspiratif, Shinta menegaskan visi besar: “Jika setiap pelaku usaha perempuan mendapat akses terhadap pembiayaan, teknologi, dan pasar global, maka Indonesia bukan hanya akan tumbuh, tetapi akan tumbuh dengan berkeadilan dan berkelanjutan.” Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen terhadap inklusivitas dan pembangunan yang merata, menjadikan perempuan sebagai pilar utama transformasi ekonomi.

Konferensi ini berhasil menarik partisipasi mancanegara, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan seperti pelaku usaha perempuan, pembuat kebijakan, akademisi, dan organisasi internasional. Mereka berkumpul untuk membahas secara mendalam peran vital UMKM yang dipimpin perempuan dalam memperkuat laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di skala global dan regional.

Acara penting ini dibuka oleh Dr. Nurhayati Ali Assegaf, Presiden Nuraa Women’s Institute sekaligus Conference Chair. Dalam sambutannya, beliau dengan tegas menggarisbawahi pentingnya peran perempuan sebagai agen perubahan dan solusi efektif dalam menghadapi berbagai tantangan global, mulai dari krisis iklim yang mendesak hingga ketimpangan sosial yang masih merajalela.

Konferensi ini juga diperkaya dengan berbagai panel diskusi yang menghadirkan pembicara terkemuka dari dalam dan luar negeri. Nama-nama seperti Prof. Firat Purtas dari Ankara Haci Bayram Veli University (Turki), Friderica Widyasari Dewi dari OJK, Eka Fitria dari Bank Mandiri, dan Easter Achieng Okech dari Kenya Female Advisory Organization (KEFEADO) turut membagikan pandangan dan keahlian mereka.

Melalui serangkaian sesi tematik yang komprehensif – mulai dari diskusi mendalam mengenai akses pembiayaan, eksplorasi inovasi dan teknologi, hingga perumusan kebijakan pendukung – konferensi ini secara konsisten menegaskan esensi kemitraan global. Kemitraan ini dianggap vital untuk mempercepat pencapaian SDGs dengan menempatkan perempuan sebagai penggerak utama ekonomi berkelanjutan dan inklusif.

Sebagai penutup, Nurhayati menyampaikan harapan besar bahwa hasil diskusi dan rekomendasi dari konferensi ini akan dirumuskan menjadi kebijakan konkret dan sebuah peta jalan kolaboratif. Dokumen ini nantinya akan disampaikan kepada pemerintah dan mitra internasional, dengan tujuan akhir untuk semakin memperkuat ekosistem women-led SMEs di Indonesia dan di kawasan yang lebih luas.

Ringkasan

Konferensi Internasional SDGs di Jakarta, bagian dari Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2025, menyoroti peran penting UMKM yang dipimpin perempuan dalam pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan bahwa meskipun 64% UMKM di Indonesia dipimpin oleh perempuan, akses mereka terhadap rantai pasok, termasuk pembiayaan, teknologi, dan pasar, masih sangat terbatas, yaitu hanya sebagian kecil yang terintegrasi ke dalam rantai pasok domestik dan global.

Shinta W. Kamdani menekankan urgensi strategi untuk membuka akses pembiayaan, teknologi, dan pasar bagi wirausaha perempuan. Konferensi ini, yang digagas oleh Nuraa Women’s Institute (NWI), bertujuan merumuskan kebijakan konkret dan peta jalan kolaboratif untuk memperkuat ekosistem UMKM yang dipimpin perempuan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri guna mempercepat pencapaian SDGs.

Sponsored