Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Pandu Sjahrir menilai hambatan terbesar bagi pertumbuhan modal ventura (venture capital) di Indonesia saat ini adalah kurangnya mitra investasi yang kuat.
Menurut Pandu, salah satu cara untuk memperkuat ekosistem investasi di Tanah Air adalah dengan mendirikan Sovereign Wealth Fund, yaitu Danantara. Ia menjelaskan, badan ini dibangun untuk mencari kemitraan strategis yang dapat memperkuat pasar modal Indonesia.
“Jika kita ingin venture capital tumbuh lebih besar dan relevan, dengan modal yang benar-benar berani diinvestasikan, maka hal pertama yang harus dibenahi adalah pasar modal,” kata Pandu dalam acara Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu (15/10).
Lebih lanjut, Pandu menyampaikan bahwa perjalanan pasar modal di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) masih memerlukan waktu panjang dan peningkatan, khususnya di Indonesia. Sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN, seharusnya Indonesia mampu mencapai nilai transaksi harian saham lebih tinggi dibandingkan saat ini.
Ia menganalogikan, saat ini nilai transaksi saham Indonesia hanya sekitar US$ 1 miliar per hari, padahal seharusnya bisa mencapai US$ 8 miliar per hari. Ia juga membandingkan dengan India, yang memiliki nilai transaksi harian saham mencapai US$ 12-15 miliar per hari. Harapannya, pasar modal Tanah Air dapat terus tumbuh.
“Seharusnya sebagai negara terbesar di ASEAN, kita bisa mencapai US$ 8 miliar per hari,” ujarnya.
Pandu juga menyoroti besarnya pengaruh faktor geopolitik terhadap iklim investasi di Indonesia. Menurutnya, sekitar 50%–60% dari seluruh proses investasi di Tanah Air dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik.
Oleh sebab itu, dia menyatakan bahwa saat ini sudah tidak bisa lagi berasumsi aturan main investasi di suatu tempat akan selalu sama seperti sebelumnya.
“Risiko deglobalisasi sudah nyata dan risiko nasionalisasi juga semakin meningkat, sehingga para pelaku investasi harus berpikir lebih hati-hati,” kata dia.