Sponsored

Konsumsi Melambat, UMKM Andalkan Afiliasi: Strategi Jitu Dongkrak Penjualan!

Pertumbuhan konsumsi masyarakat melambat pada kuartal III. UMKM mengandalkan afiliator dan e-commerce untuk mendongkrak penjualan.

Sponsored

Badan Pusat Statistik alias BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III secara tahunan alias year on year (yoy) tumbuh 5,04%. Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89% yoy atau melambat dibandingkan kuartal II 4,97%.

Secara struktur, konsumsi rumah tangga masih berkontribusi terbesar terhadap total produk domestik bruto (PDB), yakni 53,14% pada triwulan III. Kontribusinya diukur dari sisi pertumbuhan ekonomi, mencapai 2,54%, juga melambat dibandingkan kuartal II yang mencapai 2,64%.

Founder sekaligus CEO Jims Honey Hanny Zeng menyadari ada penurunan transaksi, terutama dari konsumen kelas menengah. Untuk mengatasi tantangan ini, ia mengandalkan fitur yang ada di e-commerce seperti afiliator dan siaran langsung alias live streaming.

Afiliator adalah individu atau entitas yang bekerja sama dengan brand alias merek dan merchant untuk mempromosikan produk atau layanan, serta mendapat imbalan berupa komisi, dikutip dari Glints.

“Kami menggandeng afiliator untuk membuat video, misalnya konten mix and match pakaian dengan tas Jims Honey,” kata Hanny Zeng dalam konferensi pers Promo Guncang 11.11 Tokopedia dan TikTok Shop di Jakarta, Rabu (5/11).

Afiliator berkontribusi sekitar 50% – 55% terhadap omset UMKM Jims Honey. “Sebab, kami ingin produk kami dikenal konsumen, terutama generasi muda,” Zeng menambahkan.

Jims Honey adalah merek fashion lokal yang menjual berbagai produk seperti tas, dompet, dan jam tangan berkualitas dengan harga terjangkau.

Hal senada disampaikan oleh Chief External Relation Sovlo Afra Viena Lyanto. Sovlo adalah merek produk souvenir dan fesyen yang berfokus pada karya ilustrasi dengan sentuhan budaya lokal Indonesia.

“Seni itu bergantung pada selera setiap orang. Kami menggandeng 54 ilustrator lokal,” kata Afra. “Affiliate berkontribusi 50% terhadap omset.”

Penjualan di marketplace juga mendominasi ketimbang offline. Di samping itu, biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada pembukaan gerai.

Founder Sepatu Kanky Alfonsus Ivan Kurniadi juga bangkit berkat platform e-commerce, ketika bisnis terhantam pandemi corona. Fitur marketplace seperti Tokopedia dan TikTok Shop yang bermanfaat bagi usahanya yakni data.

“Dengan adanya data itu, kami bisa menyediakan produk yang tepat sasaran. Jadi, kami harus agile by data, serta mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menyentuh konsumen,” kata dia.

Kanky adalah merek alas kaki atau sepatu lokal Indonesia yang didirikan pada 2019.

Transaksi Online Tumbuh 6,19%, BPS Sebut Daya Beli Terjaga

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat transaksi online peritel dan marketplace tumbuh 6,19% secara kuartalan alias quarter to quarter (qtq). Pertumbuhannya jauh di atas nasional yakni 1,43% qtq pada kuartal III.

Walaupun pertumbuhan ekonomi kuartal III secara tahunan alias year on year (yoy) tumbuh 5,04%. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud tidak memerinci pertumbuhan transaksi online secara tahunan.

Edy hanya menjelaskan bahwa transaksi online ditopang oleh pembelian barang-barang perawatan diri alias personal care seperti kosmetik dan skincare, serta peralatan rumah tangga, transportasi rekreasi olahraga dan pakaian.

Pelaksana harian alias Plh Direktur Neraca Pengeluaran Anisa Nuraini mengatakan total transaksi digital mencapai Rp 200 triliun pada kuartal III. Kontribusi berdasarkan kategori produk sebagai berikut:

  • Personal care 17% – 18%
  • Perlengkapan rumah tangga 14%
  • Transportasi 13%
  • Rekreasi 13%
  • Pakaian dan sepatu 11% – 12%

“Kinerja perekonomian pada triwulan III 2025 ditopang oleh konsumsi masyarakat yang masih terjaga,” kata Edy dikutip dari Antara, Rabu (5/11).

“Konsumsi rumah tangga sangat bergantung pada pendapatan dan optimisme masyarakat. Jika ekonomi tumbuh lebih tinggi dan berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga, maka hal ini akan mengakselerasi pertumbuhan konsumsi,” Edy menambahkan.

Menurutnya, pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income) menjadi faktor kunci. Ketika disposable income meningkat, rumah tangga cenderung meningkatkan konsumsinya.

Selain itu, program-program pemerintah yang dapat merangsang konsumsi, seperti bantuan sosial dan insentif lainnya, juga berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti juga menyampaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat pada Kuartal III tidak berkaitan dengan melemahnya daya beli masyarakat.

Ia menyebut hal itu karena faktor musiman yang berpengaruh terhadap pola belanja masyarakat. “Pada kuartal III ini, event-event besarnya seperti libur keagamaan tidak ada,” kata Amila di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (5/11).

Dia mengatakan, momentum belanja masyarakat pada kuartal II lebih tinggi karena bertepatan dengan rangkaian libur panjang, termasuk Idulfitri dan Iduladha. Dengan begitu, perlambatan pertumbuhan kali ini bukan karena daya beli menurun.

Sponsored