Sponsored

Manufaktur Dongkrak Ekonomi: Strategi BI untuk Akselerasi Pertumbuhan

SURABAYA – Bank Indonesia (BI) secara proaktif mendorong percepatan realisasi investasi pada sektor manufaktur guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah strategis ini diharapkan mampu memicu laju ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Sponsored

Dengan Pulau Jawa yang tetap memegang peranan sentral dalam struktur ekonomi nasional, penguatan investasi di daerah diharapkan menjadi kunci utama untuk mendorong keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Fokus pada wilayah ini dipandang krusial dalam upaya pencapaian target tersebut.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan komitmen lembaganya dalam menciptakan ekosistem investasi yang kondusif, khususnya bagi sektor manufaktur. Upaya ini sejalan dengan spirit Asta Cita yang digagas Presiden Prabowo Subianto, yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja serta pengembangan industri berkelanjutan.

: Tiga Peluang Investasi Pengembangan Kawasan BIJB Kertajati, Bakal Jadi Pusat Bisnis Baru!

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bank Indonesia bersama seluruh kantor perwakilan BI di Pulau Jawa menggandeng sejumlah kementerian dan lembaga penting, termasuk Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pekerjaan Umum, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kolaborasi lintas sektoral ini bertujuan mempercepat realisasi investasi di sektor manufaktur.

“Kami menyadari bahwa investasi merupakan aspek fundamental dalam mendukung pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Saat ini, pangsa investasi di Indonesia, termasuk di Jawa, berada di kisaran 27-28% dari PDRB. Angka ini masih dapat kita optimalkan, dengan target mencapai di atas 30% guna menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi,” ujar Ibrahim pada Rabu (5/11/2025).

: : Prabowo Sebut Pemerintahan Bersih jadi Kunci Investasi Berjalan Lancar

Ibrahim lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun Pulau Jawa memegang peran penting dalam dinamika perekonomian nasional, akselerasi investasi masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dari aspek infrastruktur, regulasi, dan pembiayaan. Oleh karena itu, BI mengidentifikasi tiga area strategis utama untuk memitigasi kendala tersebut.

Tiga area tersebut meliputi optimalisasi konektivitas dan penyelarasan (link and match) ketenagakerjaan antara dunia kerja dan pendidikan vokasi, dukungan insentif khusus dan perbaikan sistem perizinan, serta perluasan akses pembiayaan dan sinergi promosi investasi yang terintegrasi di seluruh Jawa.

: : Investasi Melambat pada Kuartal III/2025, Pengusaha Masih Tahan Ekspansi

“Kata kunci pentingnya adalah konektivitas. Tidak hanya Jawa Timur, tetapi juga Jawa Tengah, Jawa Barat, dan provinsi lainnya di Jawa, semuanya menyuarakan kebutuhan yang sama akan konektivitas, baik antara wilayah utara dan selatan. Dengan demikian, potensi investasi di kawasan selatan Jawa juga dapat ikut menunjang dan berkembang lebih lanjut, tepat sasaran, sehingga implementasi dukungan investasi dapat berjalan optimal,” tegas Ibrahim.

Menyikapi momentum kinerja perekonomian nasional yang menunjukkan pertumbuhan tinggi, Asisten Deputi Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenko Perekonomian, Atong Soekirman, menegaskan komitmen pihaknya untuk senantiasa menciptakan iklim investasi yang kondusif. Strategi yang diterapkan mencakup penyederhanaan perizinan, pemberian insentif fiskal, dan penguatan peran berbagai Kawasan Ekonomi Khusus.

“Kami berupaya meningkatkan iklim investasi agar investor merasa nyaman. Hal ini sangat krusial, apalagi kita akan menggarap high-end industry seperti industri semikonduktor dan energi baru. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada konsumsi; investasi memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang sangat signifikan bagi perekonomian,” ungkap Atong.

Sementara itu, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam dan Industri Manufaktur Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Ratih Purbasari Kania, memaparkan bahwa capaian realisasi investasi di Jawa hingga kuartal III-2025 telah mencapai Rp692,5 triliun, atau sebesar 48% dari total cakupan nasional. Angka ini semakin menegaskan posisi Jawa sebagai magnet utama bagi investasi lokal maupun asing di tanah air, khususnya pada sektor manufaktur pengolahan logam, makanan-minuman, serta kimia dasar.

“Kami akan terus memperkuat potensi-potensi investasi yang ada, terutama pada proyek-proyek strategis. Ke depan, kami juga mengajak seluruh investor, baik nasional maupun internasional, untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan industri menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Ratih.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) aktif mendorong percepatan investasi di sektor manufaktur untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, dengan Pulau Jawa sebagai fokus utama. BI bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait untuk menciptakan ekosistem investasi kondusif, sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo yang menekankan penciptaan lapangan kerja dan industri berkelanjutan.

Meskipun Jawa memegang peranan penting, akselerasi investasi menghadapi tantangan infrastruktur, regulasi, dan pembiayaan. BI mengidentifikasi tiga area strategis: konektivitas dan penyelarasan ketenagakerjaan, insentif dan perizinan yang lebih baik, serta perluasan akses pembiayaan dan promosi investasi terintegrasi untuk meningkatkan iklim investasi.

Sponsored