JAKARTA — Bank digital PT Super Bank Indonesia, atau yang lebih dikenal sebagai Superbank, akhirnya angkat bicara menanggapi maraknya rumor mengenai rencana penawaran umum perdana saham (IPO) yang tengah hangat diperbincangkan di pasar.
Berdasarkan bocoran dokumen prospektus awal yang telah tersebar luas, Superbank santer dikabarkan berencana melepas sebanyak-banyaknya 5,20 miliar saham biasa Seri A. Dengan nilai nominal Rp100 per saham, jumlah ini setara dengan 15% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh pasca-IPO. Kisaran harga penawaran diperkirakan antara Rp500 hingga Rp1.030 per saham, yang berpotensi menghimpun dana segar hingga Rp5,36 triliun jika mengambil estimasi harga tertinggi.
Menanggapi derasnya spekulasi ini, termasuk narasi yang menyebutkan adanya potensi “IPO Lighthouse” dari sektor finansial di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Superbank memilih untuk tidak memberikan komentar. “Superbank tidak berkomentar atas rumor atau spekulasi pasar mana pun. Kami berfokus pada upaya mempertahankan kinerja yang solid melalui penyediaan solusi keuangan inovatif, mendorong pertumbuhan jumlah nasabah, dan memperkuat kolaborasi dengan ekosistem terpercaya untuk memacu pertumbuhan inklusif di Indonesia,” tegas Juru Bicara Superbank, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis pada Jumat (7/11/2025).
Meskipun manajemen memilih bungkam, dokumen yang beredar juga memuat perkiraan jadwal proses IPO Superbank yang sangat rinci. Masa penawaran awal atau bookbuilding diproyeksikan berlangsung pada 17 hingga 24 November 2025. Kemudian, tanggal efektif diperkirakan jatuh pada 3 Desember 2025, dengan puncak pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Desember 2025.
Di balik kehati-hatian dalam menanggapi rumor IPO, Superbank justru menunjukkan kinerja keuangan yang cemerlang. Hingga kuartal III/2025, bank digital ini berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp60,12 miliar, sebuah pembalikan signifikan dari kerugian Rp285,73 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja positif ini turut didorong oleh melonjaknya pendapatan bunga menjadi Rp1,49 triliun dari Rp455 miliar pada September 2024. Meskipun beban bunga juga meningkat menjadi Rp397,09 miliar dari Rp56 miliar, pendapatan bunga bersih Superbank tetap kokoh di angka Rp1,1 triliun hingga akhir kuartal III/2025.
Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, menjelaskan bahwa hingga kuartal III/2025, total penyaluran kredit perusahaan mencapai Rp9,04 triliun, melonjak 84% secara tahunan. Pertumbuhan impresif ini sejalan dengan strategi perluasan akses pembiayaan ke segmen ritel dan produktif. “Pencapaian ini juga mendorong total aset kami melesat menjadi Rp16,5 triliun, meningkat 70% secara tahunan. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan luar biasa hingga 203% YoY, mencapai Rp9,8 triliun,” ungkap Tigor dalam keterangan resmi pada Jumat (7/11/2025).
Sebagai informasi tambahan, Superbank memiliki sejarah panjang yang berawal dari PT Bank Fama International, didirikan di Bandung pada tahun 1993. Bank ini kemudian mengalami transformasi fundamental, bergeser fokus menjadi bank digital sepenuhnya. Pada awal tahun 2023, Bank Fama secara resmi bertransformasi menjadi Superbank. Transformasi ini diperkuat dengan masuknya Emtek Group pada akhir 2021, disusul oleh Grab dan Singtel pada awal 2022, serta KakaoBank pada tahun 2023, yang kini bersama-sama membentuk konsorsium kepemilikan Superbank.
Ringkasan
Superbank menanggapi rumor IPO yang beredar dengan memilih untuk tidak berkomentar, fokus pada kinerja dan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan dokumen yang beredar, Superbank dikabarkan akan melepas saham Seri A sebanyak 5,20 miliar lembar dengan harga penawaran antara Rp500 hingga Rp1.030 per saham, berpotensi menghimpun dana hingga Rp5,36 triliun.
Meskipun bungkam soal IPO, Superbank menunjukkan kinerja keuangan yang positif dengan membukukan laba bersih Rp60,12 miliar hingga kuartal III/2025. Penyaluran kredit perusahaan juga melonjak 84% secara tahunan menjadi Rp9,04 triliun, mendorong total aset menjadi Rp16,5 triliun. Superbank sebelumnya dikenal sebagai Bank Fama International sebelum bertransformasi menjadi bank digital dengan dukungan Emtek Group, Grab, Singtel, dan KakaoBank.