Sponsored

OJK Sebut Suku Bunga Mulai Turun, Ini Jenis Kredit yang Terdampak

Otoritas Jasa Keuangan mencatat, rata-rata suku bunga kredit perbankan mulai menurun pada September 2025 seiring pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia. Rata-rata suku bunga kredit investasi turun 50 bps secara year on year, sedangkan kredit modal kerja turun 41 bps.

Sponsored

Bank Indonesia sejak awal tahun hingga September 2025 telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali sebesar 1,25% menjadi 4,75%. 

“Dari sisi penghimpunan dana, suku bunga tertimbang DPK rupiah juga terpantau menurun dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Jumat (7/11).

Dian mencatat, suku bunga tertimbang DPK rupiah turun 11 bps dari 2,89% pada Agustus menjadi 2,78% pada September. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya suku bunga deposito rupiah dari 5,24% menjadi 4,96%.

Adapun penghimpunan Dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang tumbuh 8,81% yoy mencapai Rp 9.695,4 triliun, lebih baik dibandingkan Agustus sebesar 8,51%. Di sisi lain, penyaluran kredit per September 2025 tumbuh 7,7% secara tahunan mencapai Rp 8.162 triliun, juga lebih tinggi dibandingkan Agustus sebesar 7,56%.  

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,18%, diikuti kredit konsumsi sebesar 7,4%, dan kredit modal kerja sebesar 3,37% (yoy).

Dari sisi kategori debitur, kredit korporasi tercatat naik paling tinggi 11,53% sedangkan kredit UMKM hanya tumbuh 0,23%.

Peluang Pertumbuhan Kredit

Dian menilai, penyaluran kredit berpotensi tumbuh lebih tinggi seiring sejumlah program yang tengah dijalankan pemerintah saat ini. Perbankan juga memiliki likuiditas yang longgar dengan  rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) yang pada September 2025 di level 84,19%, jauh di bawah batas ambang (threshold) sebesar 92%.

Menurut Dian, pemulihan sejumlah sektor ekonomi serta dukungan dari kebijakan perdagangan, industri, dan investasi diharapkan mampu menciptakan multiplier effect terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha. Dengan demikian, permintaan terhadap kredit perbankan juga akan ikut meningkat.

Namun demikian, ia mencatat pertumbuhan kredit Usaha Mikro Kecil Menengah masih melambat dibandingkan dengan ekspansi kredit korporasi dan konsumsi rumah tangga. Pada September 2025, kredit UMKM hanya tumbuh 0,23% secara tahunan atau year on year (yoy).

Menurutnya, kondisi ini terjadi karena perbankan saat ini lebih berfokus pada peningkatan kualitas kredit UMKM. OJK pun berupaya bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk membangun ekosistem UMKM yang lebih baik.

“Bank-bank perlu menyesuaikan proses penyaluran kredit dengan mempercepat persyaratan, menawarkan produk yang sesuai segmen UMKM, dan meningkatkan kerja sama dengan lembaga penjamin kredit agar risiko dapat diminimalkan,” ujar Dian.

 

Adapun sejauh ini, menurut dia, rasio kualitas kredit tetap terjaga. Rasio non-performing loan (NPL) gross per September 2025 tercatat 2,24%, naik tipis dari 2,20% pada Agustus, sedangkan  NPL net stabil di 0,87%. Adapun loan at risk (LAR) menurun menjadi 9,52% dari 9,73% pada bulan sebelumnya.

Dari sisi ketahanan, permodalan perbankan masih sangat kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) mencapai 26,15%, naik dari 26,03% pada Agustus. 

Sponsored