Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (USD) menunjukkan pergerakan yang relatif stabil di awal perdagangan Asia pada Senin (15/9/2025). Perhatian investor terpusat pada keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan diumumkan pekan ini, sebuah keputusan yang sangat dinantikan pasar global.
Mengutip Bloomberg, dolar AS melemah tipis sebesar 0,02% terhadap yen Jepang dan euro. Sebaliknya, greenback mengalami penguatan marginal sebesar 0,03% terhadap dolar Singapura. Pergerakan yang cenderung datar ini mencerminkan suasana hati investor yang cenderung wait-and-see menjelang pengumuman The Fed.
Kontrak berjangka saham Wall Street menunjukkan pergerakan yang hampir stagnan setelah indeks S&P 500 ditutup tanpa perubahan signifikan pada Jumat (12/9). Di Asia, kontrak berjangka mengindikasikan potensi pelemahan, sementara pasar Jepang libur.
Keputusan Suku Bunga The Fed Dibayangi Tekanan Politik Trump dan Isu Independensi
Stabilitas dolar AS di tengah perundingan AS-China yang memasuki hari kedua patut dicermati. Perundingan ini meliputi isu perdagangan, kondisi ekonomi global, dan nasib aplikasi TikTok milik ByteDance Ltd., yang menghadapi tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan agar tetap beroperasi di Amerika Serikat. Pertemuan ini juga berpotensi membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Oktober mendatang, menambah kompleksitas situasi geopolitik.
Wall Street Tunggu Suku Bunga The Fed Pekan Ini, Turun atau Ditahan?
Hari ini, pasar menantikan rilis data ekonomi China. Survei Bloomberg memproyeksikan peningkatan pertumbuhan penjualan ritel dibandingkan tahun lalu, namun di sisi lain, output industri diperkirakan mengalami perlambatan. Meskipun data ekonomi China penting, fokus utama tetap tertuju pada keputusan The Fed.
Para pelaku pasar memperkirakan hampir pasti adanya pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu mendatang. Namun, kemungkinan pemangkasan lebih besar, yaitu 50 basis poin, masih terbuka mengingat perlambatan tajam pertumbuhan lapangan kerja di AS. Keputusan ini akan sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan global.
Inflasi AS Kembali Naik, Rencana The Fed Pangkas Suku Bunga Tertunda?
Analis dari Brown Brothers Harriman, Elias Haddad, memperkirakan The Fed akan mengambil sikap dovish, bahkan dengan kemungkinan satu anggota dewan mendukung pemangkasan 50 basis poin. “Sikap dovish ini berpotensi menekan dolar AS dan mendorong penguatan aset berisiko,” ujarnya seperti dikutip Reuters. Pernyataan ini menunjukkan potensi dampak signifikan dari keputusan The Fed terhadap pasar.
Di Eropa, Fitch Ratings menurunkan peringkat utang Prancis menjadi A+ dari AA-. Penurunan ini menempatkan Prancis sejajar dengan Belgia dan satu peringkat di bawah Inggris. Langkah ini mencerminkan dampak instabilitas politik yang berkelanjutan dan beban utang yang membengkak. Obligasi acuan 10 tahun Prancis kini menawarkan imbal hasil tertinggi di kawasan euro, setara dengan Lituania, Slovakia, dan Italia. Selisih imbal hasil dengan obligasi Jerman hampir dua kali lipat sejak Presiden Emmanuel Macron mengumumkan pemilihan tahun lalu, menunjukkan melemahnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Prancis.
Ringkasan
Dolar AS menunjukkan pergerakan stabil di awal perdagangan Asia, dengan investor menunggu keputusan suku bunga The Fed pekan ini. Dolar AS melemah tipis terhadap yen dan euro, tetapi menguat sedikit terhadap dolar Singapura. Pergerakan pasar cenderung datar karena antisipasi pengumuman The Fed yang diharapkan memangkas suku bunga acuan, meskipun ada perdebatan mengenai besaran pemangkasan (25 atau 50 basis poin).
Keputusan The Fed dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS dan perundingan AS-China. Data ekonomi China, termasuk penjualan ritel dan output industri, juga akan dirilis, tetapi fokus utama tetap pada kebijakan moneter The Fed. Penurunan peringkat utang Prancis oleh Fitch Ratings juga memengaruhi pasar, mencerminkan instabilitas politik dan beban utang yang tinggi di negara tersebut.