Strategi Gudang Garam Hadapi Anjloknya Laba 7,9%: Penjualan Tetap Terjaga?

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) melaporkan penurunan signifikan pada kinerja keuangan semester pertama 2025. Kenaikan cukai rokok yang diterapkan pemerintah menjadi faktor utama penurunan volume penjualan dan laba bersih perusahaan. Penurunan ini menunjukkan dampak kebijakan pemerintah terhadap industri rokok nasional.

Direktur Gudang Garam, Heru Budiman, mengungkapkan volume penjualan rokok turun 7,9% menjadi 112,8 miliar batang di semester pertama 2025, dibandingkan dengan 122,6 miliar batang pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini memaksa perusahaan mempertimbangkan penyesuaian harga jual. “Kami akan menaikkan harga jika pemerintah kembali menaikkan cukai rokok pada 2025,” ujar Heru dalam Public Expose Live 2025 Bursa Efek Indonesia, Senin (15/9). Risiko penurunan volume penjualan pun menjadi pertimbangan utama.

Heru juga menyoroti pergeseran perilaku konsumen. Kenaikan cukai mendorong masyarakat beralih ke produk Sigaret Kretek Mesin (SKM) ilegal dengan cukai Rp 0, walaupun Sigaret Kretek Tangan (SKT) menawarkan harga yang jauh lebih rendah dengan tarif cukai yang lebih rendah. Menariknya, meski tarif cukai SKT tiga kali lebih rendah daripada SKM, segmen ini juga mengalami penurunan penjualan. Hal ini menunjukkan kompleksitas permasalahan di tengah upaya pemerintah mengendalikan konsumsi rokok.

Pemerintah sendiri tengah gencar mengendalikan konsumsi rokok melalui berbagai cara, termasuk menaikkan tarif cukai dan pelarangan penjualan eceran. Kenaikan cukai mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.010/2022, yang merevisi PMK 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT). Aturan ini meningkatkan harga jual minimal per batang dan tarif cukai, berujung pada kenaikan harga rokok per bungkus. Rata-rata kenaikan tarif cukai mencapai 10% pada 2023 dan 2024.

Laba Bersih GGRM Anjlok 87%

Imbas dari penurunan penjualan, laba bersih GGRM yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot drastis hingga 87,34%, dari Rp 925,51 miliar di semester pertama 2024 menjadi hanya Rp 117,16 miliar di semester pertama 2025. Pendapatan juga turun 11,30%, dari Rp 50,01 triliun menjadi Rp 44,36 triliun. Penurunan pendapatan terjadi di semua segmen, termasuk Sigaret Kretek Mesin (dari Rp 44,53 triliun menjadi Rp 39,73 triliun), Sigaret Kretek Tangan (dari Rp 4,90 triliun menjadi Rp 3,94 triliun), Rokok Klobot (dari Rp 5,45 miliar menjadi Rp 4,19 miliar), Kertas Karton (dari Rp 472,63 miliar menjadi Rp 402,07 miliar), dan Pendapatan Lainnya (dari Rp 103,4 miliar menjadi Rp 31,04 miliar). Satu-satunya penambahan pendapatan berasal dari segmen konstruksi, yaitu Rp 245,32 miliar.

Ketidakpastian Dividen Tahun Buku 2025

Mengenai dividen tahun buku 2025, Heru Budiman belum dapat memastikan besarannya, bahkan belum memastikan apakah dividen akan tetap dibagikan. Sebagai perbandingan, tahun buku 2024 GGRM membagikan dividen sebesar Rp 962 miliar (sekitar 98% dari laba bersih), atau Rp 500 per saham. Sementara itu, tahun buku 2023, perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen karena laba bersih digunakan untuk menambah modal kerja.

Sebagai informasi tambahan, harga saham GGRM pada penutupan perdagangan Jumat (12/9) naik 0,57% atau 50 poin ke level 8.850. Saham ini telah meningkat 2,92% dalam sebulan terakhir, namun terkoreksi 32,44% sejak awal tahun.

Ringkasan

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan signifikan pada laba bersih semester pertama 2025, anjlok hingga 87,34% menjadi Rp 117,16 miliar akibat kenaikan cukai rokok. Penurunan ini juga berdampak pada volume penjualan yang turun 7,9% menjadi 112,8 miliar batang. Direktur Gudang Garam, Heru Budiman, menyatakan kemungkinan kenaikan harga jual sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah.

Penurunan penjualan terjadi di semua segmen produk GGRM, termasuk SKM dan SKT, walaupun SKT memiliki tarif cukai yang lebih rendah. Pergeseran perilaku konsumen ke produk ilegal juga menjadi faktor penyebab. Ketidakpastian mengenai pembagian dividen tahun buku 2025 juga disampaikan oleh pihak manajemen, mengingat penurunan laba yang drastis.

Tinggalkan komentar