IHSG Anjlok 0,28% di Sesi I: Bursa Saham Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi I perdagangan Senin (16/9) dengan pelemahan. IHSG turun 21,85 poin atau 0,28 persen, menetap di level 7.915,27. Penurunan ini diikuti oleh Indeks LQ45 yang juga melemah 7,49 poin (0,93 persen) ke level 801,31.

Sepanjang sesi pagi, IHSG bergerak dalam rentang yang cukup fluktuatif, antara 7.899,66 dan 7.985,57, setelah dibuka pada posisi 7.979,32. Aktivitas perdagangan menunjukkan 315 saham mengalami penguatan, sementara 329 saham melemah, dan 157 saham lainnya stagnan. Volume transaksi tercatat cukup tinggi, mencapai 29,49 miliar saham dengan frekuensi 1,33 juta kali transaksi, dan nilai transaksi mencapai Rp 9,34 triliun. Kapitalisasi pasar pun tercatat sebesar Rp 14.338,79 triliun.

Sementara itu, bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Di Jepang, Indeks Nikkei 225 mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan, naik 238,19 poin (0,53%) ke level 45.006,30. Di Hong Kong, Indeks Hang Seng juga mengalami kenaikan, meskipun lebih moderat, yaitu 12,69 poin (0,05%) ke level 26.459,26. Berbeda dengan Jepang dan Hong Kong, Indeks Shanghai Composite (SSEC) di China mengalami penurunan sebesar 2,60 poin (0,07%) ke level 3.857,89. Demikian pula dengan Indeks Straits Times (STI) di Singapura yang juga mengalami penurunan sebesar 5,87 poin (0,14%) ke level 4.332,55.

Kondisi bursa saham Asia siang ini memberikan gambaran pergerakan pasar yang dinamis dan beragam, dengan beberapa indeks mengalami penguatan sementara yang lain menunjukkan pelemahan.

Ringkasan

IHSG pada sesi I perdagangan Senin (16/9) mengalami penurunan 0,28%, menutup perdagangan di angka 7.915,27. Indeks LQ45 juga melemah 0,93% menjadi 801,31. Aktivitas perdagangan tergolong tinggi dengan volume transaksi mencapai 29,49 miliar saham dan nilai transaksi Rp 9,34 triliun.

Pergerakan IHSG terjadi di tengah fluktuasi pasar saham Asia. Beberapa indeks seperti Nikkei 225 dan Hang Seng mengalami kenaikan, sementara Shanghai Composite dan Straits Times menunjukan penurunan. Hal ini menunjukkan dinamika pasar yang beragam di kawasan Asia.

Tinggalkan komentar