Koordinator Sekretariat Aliansi Rakyat untuk Keadilan Iklim (ARUKI) sekaligus Direktur Yayasan PIKUL Torry Kuswardono, mengevaluasi komitmen pemerintah untuk reforestasi 12 juta hektare lahan. Pasalnya, rencana reforestasi itu dibarengi dengan pembukaan lahan untuk industri dan ketahanan pangan.
“Dari kacamata perubahan iklim, itu bukannya menaikkan risiko dengan membuka hamparan begitu luas?” kata Torry, dalam diskusi ‘Menagih Komitmen Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca’, Selasa (14/10).
Menurut Torry, yang dibutuhkan saat ini adalah keanekaragaman yang utuh, sehingga di setiap tempat memiliki cadangan pangan.
Hal ini muncul dari kebiasaan pemerintah menyusun strategi dengan pendekatan destruktif. ARUKI berpendapat, pola ini harus diubah dari pembangunan proyek-proyek skala besar dan masif, ke proyek-proyek skala kecil tapi banyak dan dikelola komunitas.
Alasannya, dampak perubahan iklim lebih dirasakan di tingkat lokal, sehingga komunitas lokal menjadi yang paling mengetahui tentang kebutuhan hidup mereka.
“Jadi bukan penyeragaman, bukan serba terpusat,” kata Torry.
Ia juga menyoroti proyek-proyek solusi iklim pemerintah yang justru menghilangkan hak atas tanah masyarakat. Akibatnya, masyarakat semakin sulit beradaptasi. Setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, Torry menyebut adanya perlemahan di akar rumput dalam menghadapi krisis iklim.
Kemudian, masyarakat juga membutuhkan pendanaan iklim secara langsung untuk membantu pemberdayaan. Terutama dalam rangka menentukan upaya terbaik di wilayahnya. Dengan demikian, ketika krisis iklim terjadi, masyarakat bisa menanganinya secara mandiri.
Pemerintah Tetap Gencarkan Ketahanan Pangan
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyebut pangan sebagai salah satu fondasi membangun masa depan berkelanjutan.
Indonesia dituntut menerapkan sistem pangan nasional yang produktif dan modern, meskipun di tengah situasi krisis iklim atau gangguan rantai pasok. Program food estate yang dirancang untuk ketahanan pangan adalah salah satu upaya membuat pertanian tetap produktif.
Salah satu contohnya adalah pembangunan Proyek Kawasan Swasembada Pangan, Energi, dan Air di Wanam, Merauke, Papua Selatan. Menko Pangan Zulkifli Hasan menyebut proyek ini memprioritaskan aspek lingkungan. Mulai dari penataan ruang, pengaturan hak guna usaha, hingga kelengkapan administrasi agar kawasan ini tetap berkelanjutan.