
JAKARTA – Emiten kebanggaan Tanah Air, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), yang dikenal luas sebagai produsen minuman herbal legendaris Tolak Angin, baru-baru ini menjadi sorotan pasar. Perseroan dilaporkan hanya menyerap capital expenditure (capex) atau modal kerja sebesar 24,66% dari total anggaran awal tahun 2025. Menariknya, manajemen Sido Muncul telah mengumumkan bahwa sisa dana capex yang tidak terserap tersebut akan dialokasikan sebagai dividen bagi para pemegang saham, menegaskan komitmennya terhadap nilai pemegang saham.
Pada awal tahun 2025, Sido Muncul telah mengalokasikan anggaran capex yang signifikan, berkisar antara Rp150 miliar hingga Rp175 miliar. Namun, sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025, realisasi penyerapan capex oleh SIDO baru mencapai Rp37 miliar. Angka ini secara jelas menunjukkan strategi perseroan yang lebih efisien dalam pengeluaran modal.
Direktur Sido Muncul, Budiyanto, menjelaskan bahwa minimnya penyerapan capex ini bukan karena kendala, melainkan disebabkan oleh tidak adanya kebutuhan pembangunan pabrik baru yang mendesak sepanjang tahun 2025. Hal ini karena pabrik Tolak Angin yang telah beroperasi sejak 2018 masih sangat memadai. Fasilitas produksi tersebut terbukti mampu melayani seluruh kebutuhan pasar domestik maupun ekspor perseroan dengan kapasitas optimal.
“Jadi betul capex yang terserap Rp37 miliar, itu mostly untuk perbaikan ataupun modernisasi alat-alat kami. Tapi tidak ada capex yang signifikan, yang kami kucurkan untuk pembangunan pabrik baru. Jadi masih cukup, kita tidak melihat adanya capex yang besar sekali dalam jangka waktu dekat,” ujar Budiyanto dalam acara Investalk BRI Danareksa Sekuritas pada Selasa (11/11/2025), menguraikan fokus SIDO pada peningkatan efisiensi operasional ketimbang ekspansi fisik.
Tren penurunan realisasi capex SIDO memang telah terlihat selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, perseroan menyerap capex senilai Rp118 miliar. Angka ini kemudian turun drastis menjadi Rp50 miliar pada tahun 2023, dan berlanjut ke Rp46 miliar pada tahun 2024. Pola ini menggarisbawahi strategi Sido Muncul untuk mengoptimalkan aset yang sudah ada dan memprioritaskan pengembalian kepada pemegang saham.
Sejalan dengan sisa capex 2025 yang masih mencapai ratusan miliar rupiah, Sido Muncul berencana kuat untuk mengalokasikan dana tersebut sebagai dividen. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya perseroan untuk mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPR) yang konsisten tinggi, sebuah langkah yang sangat diapresiasi oleh investor.
“Sehingga kelebihan dananya ini masih bisa dialokasikan untuk dividen buat shareholders,” tegas Budiyanto, memperkuat komitmen SIDO untuk memberikan nilai tambah kepada para pemilik sahamnya.
Untuk tahun buku 2025, Sido Muncul dijadwalkan akan membagikan dividen interim senilai total Rp660 miliar. Dengan besaran dividen sebesar Rp22 per lembar saham, pembayaran ini akan disalurkan kepada 30 miliar lembar saham yang beredar di perseroan. Keputusan ini didukung oleh kinerja finansial SIDO yang solid.
Kinerja positif SIDO terlihat jelas sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025, di mana perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp2,72 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,89% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan pendapatan Rp2,62 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Peningkatan pendapatan ini menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan kebijakan dividen perseroan.
Setelah dikurangi berbagai beban operasional dan pajak, Sido Muncul sukses mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, atau laba bersih, senilai Rp818,54 miliar pada periode Januari–September 2025. Torehan laba bersih ini juga menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 5,19% YoY dari Rp778,11 miliar yang dibukukan pada periode yang sama tahun 2024. Peningkatan laba bersih menjadi indikator kesehatan finansial SIDO yang mampu menopang distribusi dividen yang besar.
Secara historis, SIDO memang dikenal dengan kebijakan dividen yang sangat loyal. Perseroan senantiasa berupaya membagikan dividen lebih dari 90% dari total laba bersih yang berhasil dibukukan. Sebagai contoh, DPR SIDO mencapai 100% pada tahun 2020 dan 2024. Sementara itu, pada tahun 2021 tercatat 90%, tahun 2022 sebesar 99%, dan tahun 2023 di angka 97% dari total laba bersih. Konsistensi ini menjadikan Sido Muncul pilihan menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif melalui dividen.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) hanya menyerap 24,66% dari anggaran capital expenditure (capex) yang dialokasikan untuk tahun 2025. Sisa dana capex yang tidak terserap rencananya akan dialokasikan sebagai dividen bagi pemegang saham. Hal ini disebabkan tidak adanya kebutuhan mendesak untuk pembangunan pabrik baru, mengingat fasilitas produksi yang ada masih memadai untuk memenuhi permintaan pasar.
Sido Muncul memiliki kebijakan dividen yang loyal, dengan rasio pembayaran dividen (DPR) yang konsisten tinggi, bahkan mencapai 100% pada tahun 2020 dan 2024. Untuk tahun buku 2025, SIDO akan membagikan dividen interim sebesar Rp660 miliar atau Rp22 per lembar saham, didukung oleh kinerja keuangan yang positif dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada sembilan bulan pertama tahun 2025.