Wall Street Mengalami Koreksi: Pertumbuhan Lapangan Kerja AS yang Lemah Memicu Kecemasan Investor

Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami koreksi pada Jumat (8/9), dipicu oleh kekhawatiran investor terkait pelemahan ekonomi. Data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS yang jauh di bawah ekspektasi, memicu sentimen negatif di pasar. Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,48% ke angka 45.400,86. S&P 500 (.SPX) juga tergelincir 0,32%, ditutup pada 6.481,50, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) mencatat penurunan tipis 0,03% di angka 21.700,39. Secara keseluruhan, Dow Jones mengalami penurunan mingguan sebesar 0,3%, sementara S&P 500 menguat 0,3% dan Nasdaq naik 1,1%.
Sektor perbankan menjadi salah satu yang paling terpukul, dengan indeks perbankan S&P 500 (.SPXBK) ambles 2,4%. Namun, kinerja saham Broadcom (AVGO.O) yang melonjak 9,4% sedikit meredam kerugian pasar. Peningkatan signifikan ini didorong oleh pengumuman pesanan chip kecerdasan buatan senilai US$10 miliar dari pelanggan baru dan proyeksi pendapatan kuartal keempat yang melampaui perkiraan.
Baca juga:
- Istana soal Data Tenaga Kerja Diragukan: Kritik Pakai Data, Bukan Perasaan
- Wall Street Anjlok, September Kembali Jadi Bulan Kelam bagi Pasar Saham?
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penambahan lapangan kerja hanya 22.000 pada Agustus, jauh di bawah prediksi 75.000. Angka ini mengkonfirmasi melemahnya pasar tenaga kerja AS. Ironisnya, tiga indeks saham utama AS awalnya sempat menguat dan bahkan memecahkan rekor setelah data tersebut dirilis. Hal ini disebabkan oleh spekulasi investor terhadap kemungkinan penurunan suku bunga acuan The Fed, dengan kontrak berjangka suku bunga menunjukkan peningkatan taruhan pada pemangkasan suku bunga, bahkan hingga 50 basis poin pada pertemuan bulan ini.
Pete Mulmat, CEO IG Amerika Utara, induk perusahaan tastytrade di Chicago, menyatakan, “Dibutuhkan lebih dari satu data buruk bagi kita untuk mengguncang pasar saat ini.” Ia menambahkan bahwa investor akan fokus pada data inflasi mendatang, khususnya Indeks Harga Konsumen AS yang akan dirilis Kamis pekan depan.
Pendapat senada disampaikan Bill Merz, kepala riset pasar modal dan konstruksi portofolio di U.S. Bank Asset Management di Minneapolis. Ia menyebut laporan penggajian tersebut mengonfirmasi pelemahan pasar tenaga kerja dan mendukung pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed akhir bulan ini. Meskipun demikian, Merz menekankan bahwa pasar tenaga kerja tetap menjadi indikator penting, namun belanja konsumen sejauh ini cukup mengejutkan meskipun pasar tenaga kerja melemah.
Perhitungan LSEG menunjukkan pasar berjangka suku bunga AS memperkirakan peluang 7% untuk pemangkasan suku bunga 50 bps oleh The Fed pada pertemuan 16-17 September, dan probabilitas 93% untuk pemangkasan 25 bps. Ekspektasi penurunan suku bunga ini turut mendongkrak sektor real estat (.SPLRCR) sebesar 1% dan Indeks Perumahan Philadelphia (.HGX) yang melonjak 2,1%.
Di sisi lain, saham Lululemon Athletica (LULU.O) anjlok 18,6% setelah produsen pakaian yoga ini memangkas proyeksi laba tahunannya untuk kedua kalinya berturut-turut. Di NYSE, jumlah saham yang naik melebihi saham yang turun dengan rasio 1,87 banding 1, dengan 508 harga tertinggi baru dan 64 harga terendah baru. Sementara di Nasdaq, rasio saham naik terhadap saham turun mencapai 1,42 banding 1 (2.704 saham naik dan 1.899 saham turun). Volume perdagangan di bursa AS mencapai 16,95 miliar lembar saham, sedikit di atas rata-rata 20 hari perdagangan terakhir (16,05 miliar lembar saham).
Ringkasan
Wall Street mengalami koreksi pada Jumat (8/9) akibat data pertumbuhan lapangan kerja AS yang mengecewakan. Penambahan lapangan kerja hanya 22.000, jauh di bawah ekspektasi 75.000, memicu kekhawatiran investor tentang pelemahan ekonomi. Meskipun indeks Nasdaq Composite mengalami penurunan tipis, Dow Jones Industrial Average turun 0,48% dan S&P 500 turun 0,32%. Sektor perbankan terpukul keras, namun kenaikan saham Broadcom sedikit meredam kerugian.
Meskipun data tersebut awalnya memicu spekulasi penurunan suku bunga The Fed, yang mendorong sektor real estat, investor tetap waspada. Para analis menekankan pentingnya data inflasi mendatang untuk menentukan arah pasar. Meskipun pasar tenaga kerja melemah, belanja konsumen tetap cukup kuat. Perbedaan kinerja saham, seperti penurunan tajam Lululemon Athletica, menunjukkan volatilitas pasar yang tinggi.