Penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan: air hujan di Jakarta kini mengandung mikroplastik. Kontaminan mikroskopis ini teridentifikasi berasal dari berbagai sumber utama yang lazim ditemukan di lingkungan urban. Di antaranya adalah proses pembakaran sampah plastik yang tidak sempurna, pelepasan serat sintetis dari pakaian, serta partikel halus dari debu kendaraan, aspal jalan, dan rel kereta api.
Menurut penjelasan Peneliti BRIN, Reza Cordova, partikel mikroplastik ini terbentuk dari degradasi sejumlah komponen limbah yang kemudian terurai menjadi fragmen sangat kecil. Fragmen ini lantas terbawa oleh angin ke atmosfer dan akhirnya kembali jatuh ke bumi bersamaan dengan turunnya hujan. Fenomena ini menyoroti siklus pencemaran udara dan dampaknya terhadap lingkungan.
Keberadaan mikroplastik menjadi perhatian serius karena ukurannya yang jauh lebih kecil dari debu biasa, membuatnya sangat mudah mengikat berbagai zat beracun dan polutan lainnya. Ketika partikel ini masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui kontak kulit langsung maupun melalui sistem pernapasan, dampak buruk bagi kesehatan dapat timbul. Ini mengindikasikan risiko serius terhadap kesehatan manusia.
Menanggapi potensi risiko ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengeluarkan imbauan penting kepada masyarakat. Beliau menyarankan agar warga mengenakan masker dan sebisa mungkin mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama setelah hujan turun di area yang berpotensi terkontaminasi. Langkah preventif ini diharapkan dapat meminimalkan paparan terhadap mikroplastik dan melindungi kesehatan publik dari polusi yang tidak terlihat.
Ringkasan
Penelitian BRIN menemukan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta. Sumber mikroplastik ini berasal dari pembakaran sampah plastik, serat sintetis pakaian, debu kendaraan, aspal, dan rel kereta api. Partikel mikroplastik terbentuk dari degradasi limbah yang terbawa angin ke atmosfer.
Mikroplastik berukuran kecil dan mudah mengikat zat beracun, berpotensi membahayakan kesehatan manusia jika masuk ke tubuh. Menteri Kesehatan mengimbau masyarakat mengenakan masker dan mengurangi aktivitas di luar ruangan setelah hujan untuk meminimalkan paparan.