PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) baru saja menerima suntikan dana pemerintah sebesar Rp 25 triliun melalui mekanisme reimburse. Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, menjelaskan proses pencairannya yang unik.
Dana tersebut, menurut Nixon, sebenarnya telah berada di giro wajib minimum (GWM) BTN di Bank Indonesia. Namun, BTN hanya dapat mengakses dan menggunakan dana tersebut setelah terlebih dahulu menyalurkan kredit dan melaporkan hasilnya kepada BI. “Mekanismenya seperti ini, bank bekerja dulu, baru mendapatkan dana. Jadi, bukan berarti kami langsung menerima Rp 25 triliun tunai. Uang tersebut baru dapat dicairkan dari GWM sebagai likuiditas setelah pencairan kredit selesai,” jelasnya dalam Media Gathering BTN di Bandung, Jumat (19/9).
Sebagai informasi, GWM merupakan dana minimum yang wajib disimpan bank di BI dalam bentuk giro, yang persentasenya ditentukan berdasarkan total Dana Pihak Ketiga (DPK). GWM berperan penting dalam kebijakan moneter untuk mengendalikan likuiditas dan stabilitas perekonomian.
Dengan tambahan likuiditas sebesar Rp 25 triliun ini, tantangan utama BTN bukan lagi masalah likuiditas, melainkan persaingan ketat antar bank dalam menarik debitur. Oleh karena itu, BTN akan mempercepat proses persetujuan kredit untuk menjaga calon debitur yang telah masuk pipeline. Nixon menekankan bahwa dana ini juga ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
BTN optimistis dana tersebut dapat tersalurkan paling lambat Desember 2025. Bahkan, berdasarkan pipeline kredit yang ada, potensi penyerapan dana bisa lebih cepat, yaitu pada November 2025. BTN sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 7-9%, pertumbuhan simpanan atau DPK sekitar 8-10%, biaya kredit (cost of credit) lebih dari 1,5%, dan rasio kredit macet (NPL gross) di bawah 3,1%. Penting untuk dicatat bahwa target ini belum memperhitungkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp 25 triliun.
Baca juga:
- Bos Pertamina Jelaskan Skema Impor BBM, Bisa Diracik Sesuai Resep SPBU Swasta
- Menkeu Purbaya Berencana Kurangi Subsidi Listrik Lewat Proyek PLTS
- Lazada Catatkan Rekor Pertumbuhan Transaksi Saat Pesta Diskon 9.9
Ringkasan
Bank Tabungan Negara (BTN) menerima tambahan likuiditas Rp 25 triliun dari pemerintah melalui mekanisme reimburse. Dana tersebut sebelumnya telah berada di giro wajib minimum (GWM) BTN di Bank Indonesia dan dapat diakses setelah penyaluran kredit dan pelaporan ke BI. Dengan tambahan ini, BTN fokus pada percepatan persetujuan kredit untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
BTN menargetkan pertumbuhan kredit 7-9%, pertumbuhan DPK 8-10%, cost of credit lebih dari 1,5%, dan NPL gross di bawah 3,1%. BTN optimistis dana Rp 25 triliun dapat tersalurkan paling lambat Desember 2025, bahkan potensi penyerapannya bisa lebih cepat pada November 2025. Tantangan utama BTN kini bukan likuiditas, melainkan persaingan dalam menarik debitur.