Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan tetap surplus pada Juli 2025, meskipun nilainya diperkirakan menurun dibandingkan bulan Juni. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi surplus sebesar US$ 3,68 miliar, lebih rendah dari surplus Juni 2025 yang mencapai US$ 4,11 miliar. Penurunan ini, menurut Josua, merupakan refleksi dari normalisasi aktivitas perdagangan setelah periode peningkatan permintaan menjelang penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat pada awal Agustus 2025.
Lebih lanjut, Josua menjelaskan bahwa pertumbuhan ekspor pada Juli 2025 diperkirakan melambat menjadi 9,45% secara tahunan (yoy), dibandingkan 11,29% yoy pada Juni 2025. Pelemahan ini sejalan dengan normalisasi permintaan eksternal pasca pembelian besar-besaran sebelum berlakunya tarif baru. Meskipun demikian, pertumbuhan ekspor secara bulanan (mtm) masih diproyeksikan mencapai 3,85%, didorong oleh kenaikan harga batu bara dan crude palm oil (CPO).
Di sisi lain, impor pada Juli 2025 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 4,96% yoy, berbanding terbalik dengan pertumbuhan 4,28% yoy pada Juni 2025. Penurunan ini disebabkan oleh basis impor yang tinggi pada Juli tahun sebelumnya, akibat lonjakan kebutuhan barang modal dan bahan baku pasca Pemilu 2024. Menariknya, impor justru naik 6,86% secara bulanan (mtm), melampaui pertumbuhan ekspor, mengindikasikan bahwa penguatan permintaan luar negeri bersifat sementara.
Ekspor Cenderung Melambat
Senada dengan proyeksi Josua, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, juga menilai tren neraca perdagangan ke depan akan dipengaruhi oleh perlambatan ekspor dan peningkatan impor relatif. Ia memprediksi surplus neraca perdagangan Juli 2025 akan tetap tercatat, namun dengan nilai yang tipis.
Sampai saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) belum mengumumkan jadwal resmi rilis data neraca perdagangan Juli 2025 dan inflasi Agustus 2025, yang biasanya dipublikasikan pada tanggal 1 setiap bulannya. Publik pun menantikan data resmi tersebut untuk melihat akurasi proyeksi para ekonom.
Baca juga:
- NasDem, PAN dan Golkar Nonaktifkan Kader di DPR Imbas Polemik Tunjangan Anggota
- Limbah Sawit Berpotensi Jadi Material Karbon Ramah Lingkungan
- AS Lanjutkan Penyelidikan Impor Panel Surya dari Indonesia, India, dan Laos
Ringkasan
Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan surplus US$3,68 miliar pada Juli 2025, turun dari US$4,11 miliar di Juni. Penurunan ini disebabkan melambatnya pertumbuhan ekspor menjadi 9,45% yoy (tahun-ke-tahun), dibandingkan 11,29% yoy pada Juni, akibat normalisasi permintaan pasca peningkatan pembelian sebelum tarif resiprokal AS. Meskipun demikian, ekspor masih naik 3,85% secara bulanan (mtm).
Sementara itu, impor Juli 2025 diperkirakan turun 4,96% yoy, namun naik 6,86% mtm. Penurunan yoy disebabkan basis impor tinggi di Juli 2024, sementara kenaikan mtm menunjukkan penguatan permintaan luar negeri bersifat sementara. Baik Josua Pardede (Bank Permata) maupun Mohammad Faisal (CORE Indonesia) memprediksi surplus neraca perdagangan Juli 2025 tetap tercatat, namun dengan nilai yang lebih tipis.