Sebanyak 20 Warga Negara Indonesia (WNI) dilaporkan berhasil meloloskan diri dari kompleks pusat penipuan online dan judi online (judol) yang berlokasi di KK Park, Myawaddy, Kayin State, Myanmar. Peristiwa ini merupakan bagian dari eksodus massal di mana lebih dari 300 Warga Negara Asing (WNA), termasuk sekitar 75 WNI, berhasil kabur dari lokasi tersebut pada Rabu (22/10).
Kompleks KK Park sendiri dikenal luas sebagai salah satu kawasan yang dikelola oleh kelompok Border Guard Force (BGF) dan telah menjadi sarang utama bagi operasi penipuan online serta judi online di wilayah tersebut. Skala operasi ilegal di area ini telah menarik perhatian global akan sindikat kejahatan siber.
Konfirmasi mengenai keberhasilan 20 WNI yang kabur ke Thailand ini diterima oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar, melalui koordinasi dengan KBRI Bangkok. “Mereka berhasil menyeberang ke Thailand melalui Sungai Moei,” demikian pernyataan KBRI Yangon yang dirilis pada Kamis (23/10), mengindikasikan jalur pelarian yang penuh tantangan.
Saat ini, KBRI Yangon, KBRI Bangkok, bersama otoritas terkait di Mae Sot, Thailand, terus melakukan verifikasi identitas ke-20 WNI tersebut. Sementara itu, nasib 55 WNI lainnya yang turut serta dalam pelarian massal masih belum dapat dipastikan secara rinci, menimbulkan kekhawatiran yang mendalam.
Berdasarkan keterangan salah satu WNI yang berhasil dihubungi dan berada di lokasi, kondisi warga Indonesia di dalam kompleks KK Park sangat bervariasi. Sebagian dari mereka masih terjebak di dalam kawasan pusat penipuan online dan judol tersebut, sementara sebagian lainnya telah berupaya keluar menuju daerah sekitar Myawaddy – Shwe Kokko guna mencari tempat yang lebih aman.
Laporan dari media lokal dan sumber lapangan menyebutkan bahwa ratusan WNA tersebut berhasil melarikan diri dari pusat penipuan online dan judol di kompleks KK Park setelah militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, mempersiapkan operasi penggerebekan besar-besaran. Ancaman operasi militer ini menjadi pemicu utama eksodus massal tersebut.
Menyikapi situasi genting ini, KBRI Yangon terus berkoordinasi erat dengan KBRI Bangkok, serta berkomunikasi aktif dengan otoritas setempat di Myanmar. Langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan seluruh WNI dan mengupayakan jalur kemanusiaan yang aman dan terpantau demi kelancaran proses evakuasi.
Sebelumnya, hasil investigasi kantor berita AFP telah mengungkap bagaimana komplotan penipu online tumbuh subur di perbatasan Myanmar yang dilanda perang dan minim penegakan hukum, terutama sejak pandemi Corona menyebabkan banyak kasino tutup. Situasi ini menciptakan celah bagi berkembangnya kejahatan siber.
Pada bulan Februari lalu, otoritas Thailand, Cina, dan Myanmar baru saja melakukan tindakan keras yang menghasilkan pemulangan ribuan tersangka penipuan, sebagian di antaranya adalah WNA. Upaya ini menunjukkan skala masalah yang dihadapi.
Dikutip dari France24, beberapa ahli terkait kejahatan mengungkapkan bahwa ada individu yang secara sukarela terlibat dalam industri penipuan ini karena tawaran gaji yang fantastis. Namun, tak sedikit pula yang terpaksa bergabung setelah diperdaya atau dipaksa oleh kelompok kriminal terorganisasi.
Banyak pekerja yang berhasil dibebaskan menceritakan pengalaman pahit mereka, dipukuli dan dipaksa bekerja berjam-jam oleh bos penipu. Para korban ini menargetkan individu di seluruh dunia melalui berbagai modus penipuan telepon, internet, dan media sosial, sebagaimana laporan yang diterbitkan oleh The Guardian.
Investigasi terbaru oleh AFP pada Oktober juga mengungkap modus operandi baru, di mana komplotan penipuan online mulai menggunakan perangkat Starlink untuk mendukung operasi ilegal mereka. Hal ini menambah kompleksitas dalam upaya pemberantasan sindikat penipuan di Myanmar.
Media pemerintah, Global New Light of Myanmar, melaporkan bahwa militer Myanmar telah melakukan operasi di KK Park dekat perbatasan Myanmar – Thailand, berhasil menyita 30 set perangkat Starlink beserta aksesorinya.
Namun, jumlah perangkat Starlink yang disita itu diperkirakan hanya sebagian kecil. Analisis AFP melalui citra satelit dan fotografi drone menunjukkan adanya hampir 80 antena parabola internet hanya di salah satu atap gedung di KK Park, menandakan penggunaan yang masif.
Citra satelit lebih lanjut memperlihatkan bahwa gedung-gedung yang digunakan oleh sindikat penipuan di Myanmar ini didesain mirip blok perkantoran dan asrama. Diperkirakan ada sekitar 27 pusat penipuan yang berlokasi strategis di sepanjang aliran berkelok Sungai Moei di perbatasan Thailand – Myanmar.
Meskipun Starlink tidak memiliki lisensi resmi di Myanmar dan kajian militer Myanmar pada Februari menunjukkan tidak ada pengiriman data yang menggunakan layanan milik perusahaan Elon Musk ini, investigasi AFP pada Oktober justru menemukan fakta mengejutkan. Data dari APNIC, lembaga pendaftar internet regional Asia, menunjukkan Starlink menduduki peringkat teratas dalam pengiriman data setiap hari selama periode 3 Juli hingga 1 Oktober.
Hingga saat ini, perusahaan induk Starlink, SpaceX, belum memberikan komentar resmi mengenai temuan tersebut.
Melihat kondisi yang rentan, KBRI Yangon mengimbau seluruh WNI agar tidak mudah tergiur tawaran kerja di luar negeri yang tidak resmi. Mereka juga dilarang mendatangi wilayah konflik atau kawasan rawan kejahatan siber dan perdagangan manusia seperti Myawaddy dan Shwe Kokko.
Pemerintah Indonesia secara tegas menekankan komitmennya untuk terus mengawal setiap langkah perlindungan dan pemulangan WNI yang menjadi korban dari kawasan-kawasan berbahaya tersebut.
Ringkasan
Sebanyak 20 WNI berhasil melarikan diri dari pusat penipuan online dan judi online (judol) di KK Park, Myanmar, bersama ratusan WNA lainnya. Mereka menyeberang ke Thailand melalui Sungai Moei, dan saat ini KBRI Yangon dan Bangkok sedang memverifikasi identitas mereka. Sementara itu, nasib 55 WNI lainnya yang turut serta dalam pelarian massal belum diketahui.
Kompleks KK Park dikenal sebagai sarang operasi penipuan online dan judol yang dikelola oleh kelompok Border Guard Force (BGF). Eksodus massal ini dipicu oleh ancaman operasi militer. KBRI Yangon terus berkoordinasi dengan KBRI Bangkok dan otoritas setempat untuk memastikan keselamatan WNI dan mengupayakan evakuasi yang aman, serta mengimbau WNI untuk tidak mudah tergiur tawaran kerja di luar negeri yang tidak resmi.