Komite bipartisan yang kuat di Kongres AS memulai penyelidikan terkait keterlibatan bisnis satelit Starlink milik Elon Musk dalam menyediakan akses internet ke pusat penipuan Myanmar.
Langkah itu diambil setelah penyelidikan AFP menunjukkan ada kompleks mirip perkantoran, yang digunakan oleh banyak sindikat penipuan di perbatasan Myanmar. Satu gedung bisa menggunakan puluhan perangkat Starlink.
Media pemerintah Global New Light of Myanmar mengatakan militer melakukan operasi di KK Park dekat perbatasan Myanmar – Thailand. Militer menyita 30 set perangkat Starlink dan aksesorinya.
Jumlah itu hanya sebagian kecil dari perangkat Starlink yang diidentifikasi AFP menggunakan citra satelit dan fotografi drone. Terlihat ada hampir 80 antena parabola internet hanya di salah satu atap gedung di KK Park.
Baca juga:
- Sindikat Penipuan Menjamur di Myanmar, Pakai Starlink dan Rekrut Warga Asing
- Kemenlu Segera Pulangkan 554 WNI Bermasalah Penipuan Online di Myanmar
- 97 WNI Diduga Kabur dari Perusahaan Online Scam Kamboja
Citra satelit menunjukkan gedung-gedung yang dipakai oleh sindikat penipuan ini mirip blok perkantoran dan asrama. Ada sekitar 27 pusat penipuan yang diperkirakan terletak di sepanjang aliran berkelok Sungai Moei di perbatasan Thailand – Myanmar.
Starlink tidak memiliki lisensi di Myanmar. Kajian militer Myanmar pada Februari pun menunjukkan tidak ada pengiriman data menggunakan layanan milik perusahaan Elon Musk ini.
Namun kemudian, Starlink menduduki peringkat teratas terkait pengiriman data setiap hari selama 3 Juli hingga 1 Oktober, menurut data dari lembaga pendaftar internet regional Asia, APNIC.
Perusahaan induk Starlink, SpaceX, belum berkomentar mengenai hal itu.
Komite ekonomi gabungan Kongres AS memberi tahu kantor berita bahwa mereka memulai penyelidikan pada Juli terkait keterlibatan Starlink dengan pusat-pusat penipuan di Myanmar. Komite ini berwenang untuk meminta Elon Musk bersaksi.
Cina, Thailand, dan Myanmar memaksa milisi pro-junta Myanmar untuk menindak pusat penipuan itu pada Februari. Hasilnya, militer membebaskan sekitar 7.000 orang, yang sebagian besar warga negara Tiongkok.
Banyak pekerja mengatakan mereka dipukuli dan dipaksa bekerja berjam-jam oleh bos penipu yang menargetkan korban di seluruh dunia melalui penipuan telepon, internet, dan media sosial.
Menurut laporan PBB pada 2023, diperkirakan ada 120 ribu orang yang dipaksa melakukan penipuan online di Myanmar.
Senator Maggie Hassan, tokoh Demokrat di komite kongres AS, telah meminta Elon Musk memblokir layanan Starlink ke pusat penipuan di Myanmar.
“Meskipun kebanyakan orang mungkin telah merasa ada peningkatan jumlah penipuan melalui SMS, panggilan telepon, dan email, mereka mungkin tidak tahu bahwa penjahat transnasional di belahan dunia lain mungkin melakukan penipuan ini dengan menggunakan akses internet Starlink,” ujarnya.
Senator itu menulis surat kepada Elon Musk pada Juli, menuntut jawaban atas 11 pertanyaan tentang peran Starlink di pusat penipuan di Myanmar.
Mantan jaksa California, Erin West, yang kini memimpin kelompok Operation Shamrock yang berkampanye melawan sindikat penipuan, kecewa Starlink digunakan untuk tindak kejahatan ini.
“Sungguh menjijikkan bahwa perusahaan Amerika membiarkan hal ini terjadi,” kata Erin West dikutip dari The Guardian, Senin (20/10) malam.
Saat masih menjadi jaksa kejahatan dunia maya, dia memperingatkan Starlink pada Juli 2024 bahwa sindikat penipuan online yang sebagian besar berasal dari Cina menggunakan perangkat ini. Namun ia tidak mendapatkan respons dari perusahaan.
“Warga Amerika termasuk di antara target utama penipu di Asia Tenggara,” kata Departemen Keuangan AS. Nilainya diperkirakan sekitar US$ 10 miliar tahun lalu, atau naik 66% dalam 12 bulan.