Suku Bunga Turun! BI Pangkas Jadi 4,75% Antisipasi The Fed

Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) mengambil langkah berani dengan menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,75 persen. Keputusan ini dilandasi keyakinan kuat bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera melakukan hal serupa. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan probabilitas penurunan suku bunga acuan The Fed mencapai lebih dari 90 persen. Ekspektasi global inilah yang menjadi salah satu pertimbangan krusial dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang memutuskan penurunan suku bunga.

“Kami memperkirakan, dengan probabilitas di atas 90 persen, Fed Fund Rate akan mulai turun. Itu menjadi salah satu pertimbangan penting dalam keputusan penurunan suku bunga hari ini,” tegas Perry dalam konferensi pers usai RDG, Rabu (17/9/2025). Selain proyeksi langkah The Fed, stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental ekonomi domestik yang solid turut mewarnai keputusan tersebut.

Selain faktor eksternal, BI juga mencermati pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (DXY) terhadap mata uang global dan regional Asia. Kondisi ini diprediksi akan memberikan angin segar bagi stabilitas Rupiah, mengurangi tekanan eksternal terhadap mata uang Garuda.

Dari sisi internal, Perry meyakinkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kokoh. Tingkat inflasi berhasil dijaga rendah, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan resiliensi yang cukup baik. Namun demikian, BI melihat adanya kebutuhan untuk terus memacu permintaan domestik agar perekonomian dapat bergerak lebih optimal.

“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, baik melalui kebijakan fiskal maupun sektoral, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi,” imbuhnya, menekankan pentingnya kolaborasi untuk mencapai target pertumbuhan yang lebih ambisius.

Kebijakan fiskal pemerintah yang semakin ekspansif juga mendapat apresiasi dari BI. Salah satu langkah konkret yang disambut baik adalah pemindahan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun dari kas BI ke lima bank nasional. Tujuannya jelas, yaitu menggerakkan roda sektor riil melalui penyaluran kredit yang lebih masif.

“Kebijakan ini dinilai mampu memperkuat likuiditas sekaligus mendukung sinergi fiskal dan moneter,” jelas Perry, melihat langkah ini sebagai terobosan yang saling menguntungkan.

Selain suntikan dana dari pemerintah, BI secara aktif meningkatkan likuiditas perbankan melalui serangkaian instrumen kebijakan. Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp200 triliun, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp217 triliun, serta pemberian insentif likuiditas senilai Rp384 triliun.

Dengan pengurangan penerbitan SRBI, dana yang sebelumnya tertahan kini mengalir kembali ke sistem perbankan, siap untuk diputar dalam berbagai aktivitas ekonomi. Pembelian SBN oleh BI juga memberikan dorongan langsung terhadap likuiditas di pasar keuangan.

Secara keseluruhan, ekspansi likuiditas yang dilakukan BI terbilang signifikan. Tujuannya adalah agar perbankan dan pelaku usaha memiliki lebih banyak amunisi untuk menyalurkan kredit, melakukan investasi, dan menjalankan roda bisnis.

“Seperti yang kami lakukan, penurunan penerbitan SRBI sebesar Rp200 triliun, pembelian SBN Rp217 triliun, dan insentif likuiditas lainnya sebesar Rp384 triliun,” rinci Perry, menggambarkan besarnya upaya BI dalam menjaga denyut nadi perekonomian.

Perlu dicatat bahwa penurunan suku bunga acuan ini bukanlah yang pertama. Sejak September 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali. Dengan demikian, suku bunga acuan BI saat ini berada di level 4,75 persen. Langkah ini mencerminkan komitmen bank sentral untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak global, sekaligus memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan baik.

Dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan domestik, BI menegaskan bahwa kebijakan moneter akan terus diarahkan secara “all out” untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tanpa mengabaikan pentingnya menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

“Semua kami lakukan berdasarkan asas dan prinsip kebijakan moneter yang prudent dan terukur. Inflasi rendah, Rupiah stabil, dan pertumbuhan ekonomi perlu terus didorong melalui sinergi kebijakan,” pungkas Perry, menekankan bahwa setiap keputusan diambil dengan hati-hati dan terukur.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,75% dengan pertimbangan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed lebih dari 90% dan fundamental ekonomi domestik yang solid. Stabilitas nilai tukar Rupiah dan pelemahan indeks dolar AS juga menjadi faktor pendukung keputusan ini. BI juga mencermati perlunya memacu permintaan domestik dan bersinergi dengan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi.

BI juga meningkatkan likuiditas perbankan melalui penurunan penerbitan SRBI sebesar Rp200 triliun, pembelian SBN sebesar Rp217 triliun, serta insentif likuiditas senilai Rp384 triliun. Kebijakan ini bertujuan memacu penyaluran kredit dan investasi. Sejak September 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.

Tinggalkan komentar