Ketika merayakan hari raya Iduladha atau lebaran haji, salah satu momen yang paling dinanti-nantikan adalah pembagian daging kurban. Salah satu daging yang menjadi favorit untuk merayakan lebaran adalah daging kambing. Ketika Iduladha, biasanya daging kambing dimasak dengan cara dibuat gulai, satai atau tongseng.
Biasanya daging kambing adalah salah satu jenis daging yang paling banyak dibagikan sebagai daging kurban ketika hari lebaran Iduladha. Jika dibandingkan dengan daging sapi, ayam, dan domba yang merupakan daging paling sering dikonsumsi di Indonesia, daging kambing paling rendah lemak dan kalori.
Tapi sayangnya, sebagian dari masyarakat yang berpendapat, bahwa dengan makan daging kambing dapat memicu kondisi hipertensi. Sebenarnya stigma terhadap daging kambing tersebut sudah ada sejak lama dalam masyarakat. Akibatnya, daging kambing pun menjadi salah satu makanan yang paling dihindari oleh para penderita hipertensi.
Akan tetapi, bagaimana fakta yang sebenarnya? Apakah ada hubungan antara daging kambing dengan hipertensi?
Daging Kambing Bukan Penyebab Langsung Hipertensi
Menurut para peneliti dari Alabama Cooperative Extension System (ACES), daging kambing mempunyai komposisi gizi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging-daging yang sudah disebutkan diatas tadi. Tetapi demikian, daging kambing ini bukanlah penyebab dari hipertensi.
Menurut dr. Andika Widyatama, yang memicu hipertensi dalam tubuh adalah pengolahannya. Tak hanya itu, penggunaan minyak saat menggoreng daging juga dapat berpengaruh dalam munculnya penyakit hipertensi.
“Jadi sebenarnya, dari daging kambing itu sendiri tidak langsung menyebabkan hipertensi, tapi dari pengolahannya. Misalnya, terlalu banyak garam. Lalu, jika diolah dengan cara menggoreng, tentu menggunakan minyak, kalau menggunakan minyak jenuh, bisa menyebabkan pembuluh darah jadi kaku dan itu penyebab darah tinggi,” kata dr. Andika Widytama.
Selain itu, dr. Andika juga memberi saran, ketika memutuskan untuk makan daging kambing, maka carilah bagian yang tidak banyak lemah jenuhnya. Bagian lemak jenuh pada daging inilah yang dapat memicu hipertensi.
Selain pengolahan daging tersebut, ada juga beberapa faktor yang berkontribusi dalam menaikkan tekanan darah setelah mengonsumsinya, yaitu tingginya kadar kolesterol darah seseorang dan juga penyakit lainnya.
Sementara itu, sebuah studi klinis yang dilakukan oleh Harvard University menyatakan bahwa lemak jenuh berkontribusi terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Ini merupakan efek lain dari hipertensi dalam tubuh.
Kenali Gejala Hipertensi Setelah Makan Daging Kambing
Apabila setelah menyantap suatu hidangan termasuk daging kambing kemudian kalian merasakan sakit kepala, gelisah, pusing, atau leher kaku, bisa jadi kalian terkena hipertensi. Biasanya, gejala lain yang kalian rasakan jika mengalami kondisi tersebut yaitu jantung berdebar, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, hipertensi merupakan kondisi terjadinya peningkatan pada tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kondisi naiknya tekanan darah ini sering tanpa ada gejala.
Tapi menurut dr. Resthie, sebenarnya hipertensi dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup. Kalian bisa mulai dengan mengatur gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman yang ber alkohol. Tetapi, jika kalian sudah terlanjur menderita penyakit hipertensi, cobalah untuk minum obat antihipertensi yang tentunya diresepkan oleh dokter kalian.
Jadi, sekarang kalian pasti sudah tahu apa yang menyebabkan tekanan darah tinggi sesaat setelah menyantap daging kambing. Bisa jadi kondisi tersebut terjadi karena teknik memasaknya yang menggunakan cara menggoreng atau penambahan garam yang terlalu banyak ketika memasak daging kambing.
Jika tidak ingin perayaan hari raya Iduladha bersama keluarga rusak karena hipertensi, maka kalian harus coba untuk perbaiki cara pengolahan daging kambing seperti yang sudah disarankan di atas. Selain itu, ketika makan juga sebaiknya dalam porsi yang tidak berlebihan.