Sponsored

WSKT Rugi Rp 3,2 Triliun: Beban Berat Waskita di Kuartal III?

Emiten konstruksi pelat merah, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), kembali diterpa kabar kurang menyenangkan setelah mencatatkan kerugian signifikan. Perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 3,17 triliun pada kuartal ketiga tahun 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan kerugian sebesar 5,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana Waskita mencatat rugi Rp 3 triliun pada kuartal ketiga tahun 2024.

Sponsored

Merosotnya kinerja keuangan Waskita Karya ini, sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh anjloknya pendapatan perseroan sepanjang periode Januari hingga September 2025. Total pendapatan Waskita tercatat turun drastis menjadi Rp 5,28 triliun, dari sebelumnya Rp 6,78 triliun pada periode yang sama secara tahunan atau year on year (yoy).

Penurunan pendapatan ini hampir terjadi di seluruh segmen usaha utama Waskita Karya. Pendapatan dari jasa konstruksi, yang merupakan tulang punggung bisnis perseroan, turun menjadi Rp 3,76 triliun dari Rp 4,75 triliun pada kuartal ketiga tahun 2024. Sementara itu, segmen penjualan precast juga mengalami penurunan signifikan, yakni menjadi Rp 506,58 miliar dari Rp 923,07 miliar secara yoy.

Tidak hanya itu, segmen pendapatan properti juga melemah menjadi Rp 43,88 miliar dari Rp 133,50 miliar secara yoy. Penjualan infrastruktur lainnya juga terkoreksi menjadi Rp 34,03 miliar dari Rp 51,99 miliar secara yoy. Segmen pendapatan hotel ikut tergerus menjadi Rp 70,91 miliar dari Rp 79,87 miliar secara tahunan, dan pendapatan dari sewa gedung serta peralatan turun menjadi Rp 6,64 miliar dari Rp 8,52 miliar secara yoy. Satu-satunya segmen yang menunjukkan peningkatan tipis adalah pendapatan jalan tol, yang naik menjadi Rp 859,39 miliar dari Rp 834,62 miliar secara yoy.

Seiring dengan penurunan pendapatan yang masif ini, Waskita Karya juga berhasil menekan beban pokok pendapatannya. Beban pokok pendapatan perseroan tercatat turun menjadi Rp 4,30 triliun dari Rp 5,78 triliun secara tahunan, menunjukkan upaya efisiensi meskipun tidak cukup untuk menghindari kerugian.

Baca juga:

  • IHSG Rontok Tinggalkan Level 8.000, Saham Sektor Teknologi dan Energi Berguguran
  • Prospek Right Issue PANI, Emiten Aguan Patok Rp15 Ribu Bagaimana Arah Sahamnya?
  • INCO, ADRO, ITMG hingga UNTR Disebut Beli Solar Harga Bawah, Ini Kata Manajemen

Emiten Bakrie BNBR Akuisisi Tol Cibitung dari Waskita

Di tengah tantangan keuangan yang dihadapi Waskita Karya, muncul kabar terkait divestasi aset strategis. Sebelumnya, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), emiten milik keluarga Aburizal Bakrie, telah mengambil langkah besar dengan mengakuisisi 90% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT), operator jalan tol Cimanggis–Cibitung, dari Waskita Karya. Akuisisi ini dilakukan melalui anak usaha BNBR, PT Bakrie Toll Indonesia (BTI), sebagai bagian dari rangkaian transaksi yang nilai totalnya mencapai Rp 9,4 triliun.

Manajemen BNBR dalam pengumumannya kepada bursa menyatakan bahwa “BTI berencana untuk melakukan pengambilalihan atas PT Cimanggis Cibitung Tollways melalui pembelian atas objek transaksi.” Selain akuisisi saham, skema transaksi juga mencakup pengambilalihan piutang serta pemberian sejumlah pinjaman kepada CCT.

Mengacu pada pengumuman resmi perusahaan, BNBR melalui BTI mengambil alih kepemilikan saham dari dua pemegang saham sebelumnya: PT Sarana Multi Infrastruktur sebesar 55% dan PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), sebesar 35%. Nilai pembelian 90% saham tersebut mencapai Rp 1 triliun.

Selain pembelian saham, BTI juga akan mengambil alih piutang dari kedua perusahaan terhadap CCT senilai Rp 2,56 triliun. Untuk membiayai aksi korporasi jumbo ini, BTI mengandalkan pinjaman eksternal sebesar US$ 312 juta atau setara Rp 5,15 triliun dari institusi keuangan internasional yang telah ditunjuk. Pinjaman tersebut dijamin oleh induk usaha, BNBR, serta perusahaan afiliasi PT Bakrie Indo Infrastructure (BIIN).

Ringkasan

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 3,17 triliun pada kuartal ketiga tahun 2025, meningkat 5,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya pendapatan perseroan menjadi Rp 5,28 triliun, terutama dari segmen jasa konstruksi, penjualan precast, properti, dan infrastruktur lainnya. Meskipun beban pokok pendapatan berhasil ditekan, hal ini tidak cukup untuk menghindari kerugian.

Di tengah tantangan keuangan ini, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mengakuisisi 90% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT) dari Waskita Karya senilai Rp 1 triliun. Akuisisi ini merupakan bagian dari transaksi yang lebih besar dengan nilai total mencapai Rp 9,4 triliun, termasuk pengambilalihan piutang dan pemberian pinjaman kepada CCT. Pendanaan aksi korporasi ini diperoleh dari pinjaman eksternal sebesar US$ 312 juta.

Sponsored