
Kinerja saham emiten milik suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani, Happy Hapsoro kian bergeliat. Diketahui Hapsoro menanamkan modal di segala bisnis, mulai dari properti, konsumsi non-primer, minyak dan gas, hingga sektor industri.
Happy Hapsoro melalui PT Basis Utama Prima menguasai saham sejumlah emiten seperti PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT Singaraja Putra Tbk (SINI).
Selain itu, di akhir 2025 Hapsoro juga menggencarkan aksi korporasi hingga mendirikan anak usaha baru. Tak tanggung-tanggung bahkan saham emiten yang di genggamannya ada yang sempat menyentuh Rp 10.000.
Bagaimana kinerja saham dan emiten di bawah kendali Happy Hapsoro?
Kinerja PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)
Kinerja saham emiten di sektor energi ini selama year to date (ytd) telah melonjak hingga 74,26% dan melesat 120,47% dalam enam bulan terakhir. Tak hanya itu pada perdagangan saham Rabu (19/11) saham RAJA naik 2,60% ke Rp 4.740 hingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 20,04 triliun.
Rukun Raharja (RAJA) mendirikan anak usaha baru bernama PT Banawa Rezeki Optima (BRO). RAJA menguasai 99,99% saham atau Rp 57,75 miliar. Corporate Secretary Rukun Raharja Yuni Pattinasarani menjelaskan BRO bergerak di bidang konsultasi manajemen dan aktivitas perusahaan holding. Fokus utama perusahaan baru ini pada jasa angkutan laut, baik untuk rute dalam negeri maupun luar negeri.
“Pendirian BRO merupakan langkah strategis Perseroan dalam rangka ekspansi kegiatan usaha yang selaras dengan rencana pengembangan usaha RAJA,” tulis manajemen dalam keterangannya dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (18/11).
Yuni menambahkan, pendirian BRO diharapkan dapat memperkuat posisi Rukun Raharja di industri, sekaligus membuka peluang pertumbuhan usaha ke depan. Ia menegaskan pembentukan entitas baru ini belum memberikan dampak material terhadap kondisi keuangan perseroan saat ini.
Namun, manajemen memandang langkah itu sebagai inisiatif strategis yang berpotensi berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan dan pengembangan usaha pada periode mendatang, seiring dimulainya kegiatan operasional BRO.
Baru-baru ini, Rukun Raharja bersama emiten konglomerasi milik Prajogo Pangestu, yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO) resmi mengakuisisi Hafar Group. Petrosea melalui PT Petrosea Engineering Procurement Construction (EPC) mengakuisisi 51% saham dua anak usaha Hafar Group, yakni PT Hafar Daya Konstruksi Rp 239,9 miliar dan PT Hafar Daya Samudera Rp 159,96 miliar.
Geliat PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU)
Kemudian anak usaha RAJA, Raharja Energi Cepu juga kian bergeliat. Sahamnya sempat menyentuh Rp 10.125 pada Jumat (14/11). Kemudian pada perdagangan saham Rabu (19/11) saham RATU berfluktuasi naik 3,15% ke Rp 9.825 hingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 26,68 triliun.
RATU juga mendirikan dua anak usaha, Corporate Secretary RATU Adrian Hartadi, mengatakan perseroan telah mendirikan dua entitas anak baru yang berfokus pada industri energi. Lini pertama adalah PT Raharja Energi Indonesia, dengan kepemilikan saham sebesar 99% atau senilai Rp 495 juta.
Lewat PT Raharja Energi, perusahan akan menjalankan kegiatan usaha di bidang eksplorasi, produksi, serta pengelolaan sumber daya gas alam dan usaha penunjangnya. Lini kedua adalah PT Raharja Energi Negeri, juga dengan kepemilikan saham 99% atau senilai Rp 495 juta. Perusahaan ini akan fokus bisnis serupa, yakni di sektor eksplorasi dan pengelolaan sumber daya gas alam.
“Pendirian PT Raharja Energi Indonesia dan PT Raharja Energi Negeri saat ini tidak memiliki dampak signifikan terhadap kondisi keuangan perseroan,” ungkap Adrian dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (29/10).
Seiring dengan itu, induk usaha RATU, yakni PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), juga mengungkapkan adanya rencana akuisisi strategis. Direktur Utama RAJA, Djauhar Maulidi, menyampaikan bahwa pihaknya saat ini masih berada pada tahap negosiasi dengan sejumlah pihak terkait untuk rencana partisipasi di Blok Kasuri, salah satu blok gas potensial yang dikelola Genting Oil di Papua Barat.
Gerak PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
Lalu emiten yang bergerak di sektor properti ini sahamnya lompat hingga 1.138% secara year to date (ytd) hingga melesat 1.023% dalam enam bulan terakhir. Pada perdagangan saham Rabu (19/11) saham BUVA naik 1,12% ke Rp 905 hingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 22,27 triliun.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) berencana menggelar Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan membidik dana segar sebesar Rp 603,98 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan proyek perseroan di Bali.
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), BUVA akan menerbitkan sebanyak 4,02 miliar saham baru, atau setara 16,36% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue dengan harga pelaksanaan Rp 150 per saham.
PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
Perusahaan investasi dan pengembangan properti ini juga kian bergeliat. Meski sahamnya pada perdagangan Rabu (19/11) turun 6,96% ke Rp 214, kapitalisasi pasarnya kini mencapai Rp 2,11 triliun. Selain itu secara year to date MINA telah melonjak 282% dan melesat 156,80% dalam enam bulan terakhir.
Pada Agustus 2025 perusahaan telah menuntaskan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Setelah aksi korporasi ini, kepemilikan langsung Hapsoro di MINA berpotensi meningkat dari 4,44% menjadi 19,68%.
Emiten properti ini mengincar dana segar sebesar Rp 164 miliar. Lewat right issue perusahaan menawarkan 3,28 miliar saham baru. Dana tersebut digunakan untuk ekspansi bisnis. Manajemen MINA menyatakan, setiap saham dibanderol dengan dengan harga Rp 20. Sementara harga pelaksana yang ditetapkan perseroan sebesar Rp 50 per saham.
MINA berencana menggunakan dana hasil right issue untuk ekspansi bisnis, baik di tingkat induk maupun anak usaha. Setelah dikurangi biaya emisi efek, dana tersebut akan dialokasikan untuk tiga keperluan. Pertama, sekitar 35% dari dana tersebut akan digunakan sebagai modal kerja perseroan.
Dana ini akan dialokasikan untuk membiayai operasional perusahaan, termasuk pembayaran gaji, beban umum dan administrasi, pengembangan sistem teknologi informasi (IT) serta biaya sewa kantor. Selanjutnya, sekitar 35% lainnya akan disalurkan sebagai modal kerja kepada anak usaha, PT Minna Padi Resorts. Dana tersebut akan digunakan untuk menunjang biaya operasional dan pengembangan usaha perusahaan tersebut.
Penyaluran dana dilakukan dalam bentuk pinjaman dengan jangka waktu lima tahun dan bunga 6% per tahun. Sementara itu, sisa 30% dana rights issue akan disalurkan ke PT Sanurhasta Griya, juga dalam bentuk pinjaman dengan jangka waktu lima tahun dan bunga 6 persen per tahun. Dana ini akan digunakan untuk keperluan operasional dan pengembangan usaha anak perusahaan tersebut.
PT Singaraja Putra Tbk (SINI)
Emiten yang bergerak di bidang perusahaan kayu dan pertambangan batu bara ini sahamnya naik hingga 9,93% ke Rp 8.025 pada perdagangan Rabu (19/11) hingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 3,86 triliun. Secara year to date (ytd) saham SINI telah naik 60,50% dan melonjak 151,57% dalam enam bulan terkahir.
Pada kuartal kedua 2025, anak usaha SINI, PT Persada Kapuas Prima (PKP), resmi memulai produksi batu bara. Operasional ini dijalankan bersama PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak usaha PT BUMA International Group Tbk (DOID), setelah menandatangani kerja sama pada 14 Juni 2025 di Site PKP, Desa Karukus, Kapuas Tengah, Kalimantan Tengah.
Produksi tersebut merupakan realisasi kontrak jangka panjang Life of Mine antara PKP dan BUMA, dengan target produksi 60 juta ton batu bara dengan estimasi pendapatan sekitar US$ 2,64 miliar atau Rp 43 triliun dalam periode sembilan tahun.