Target impor sapi perah hidup sebanyak 200.000 ekor tahun ini diprediksi meleset. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyatakan realisasi impor diperkirakan jauh lebih rendah. Menurutnya, investasi asing di sektor peternakan sapi perah baru akan terealisasi paling cepat akhir tahun 2025. Hal ini berdampak pada penurunan target impor menjadi 150.000 ekor, sementara realisasi hingga Mei 2025 baru mencapai 9.700 ekor.
Keberhasilan program impor sapi perah, menurut Sudaryono, sangat bergantung pada suksesnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah menargetkan impor hingga 1,3 juta ekor sapi perah hingga tahun 2029. “Saya memperkirakan target 200.000 ekor per tahun baru tercapai tahun depan, seiring berjalannya penuh program MBG,” jelas Sudaryono saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (3/9). Program MBG diharapkan mampu meningkatkan permintaan susu dan daging sapi domestik, sehingga menarik minat investor.
Meskipun program MBG telah berjalan, partisipasinya baru mencapai sekitar 20 juta orang, jauh dari target 82,9 juta orang pada akhir tahun. Kendala lainnya adalah proses kajian lahan seluas 1,5 juta hektare yang ditawarkan pemerintah kepada investor, terutama dari Vietnam dan Brasil, sebagai lokasi peternakan di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. “Investor ini membutuhkan banyak asistensi dan jaminan iklim investasi yang kondusif,” tambah Sudaryono.
Pemerintah sebelumnya telah memberikan kemudahan impor sapi perah, namun kebijakan ini tidak bersifat permanen. Sudaryono menegaskan bahwa insentif tersebut akan dihentikan setelah target penambahan populasi sapi perah 1,3 juta ekor tercapai. “Akses impor sapi perah nantinya bukan dihalangi, tetapi prosesnya tidak akan semudah saat ini,” tegasnya.
Dari sisi investor, Ketua Kelompok Fungsi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Peternakan Kementan, Maria Nunik Sumartini, melihat pelemahan ekonomi sebagai faktor penyebab rendahnya volume impor tahun ini. Kondisi ini membatasi kemampuan finansial para investor. Meskipun demikian, pemerintah tetap mempertahankan target 200.000 ekor, meskipun belum ada strategi baru untuk mendorong swasta mempercepat realisasi impor.
Maria menekankan bahwa keberhasilan penambahan populasi sapi perah sangat bergantung pada swasta, mengingat program ini tidak menggunakan anggaran pemerintah. “Kami sudah senang dengan komitmen mereka untuk impor sapi perah secara mandiri,” ujarnya.
Baca juga:
- Prabowo Bertemu Xi Jinping di Beijing, Bahas Proyek Tanggul Laut Pantura
- LPEM UI Usul Pemerintah Naikkan Dana Transfer ke Daerah untuk Setop Keresahan
- DPR Setujui Anggaran Kementerian ESDM Naik 166% Jadi Rp 21,67 Triliun pada 2026
Ringkasan
Target impor sapi perah 200.000 ekor tahun ini kemungkinan besar tidak tercapai, diperkirakan hanya 150.000 ekor. Realisasi hingga Mei 2025 baru mencapai 9.700 ekor. Pencapaian ini dipengaruhi oleh investasi asing yang baru terealisasi pada akhir 2025 dan keterlambatan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan meningkatkan permintaan susu dan daging sapi.
Keberhasilan program impor bergantung pada suksesnya MBG dan penyediaan lahan seluas 1,5 juta hektare untuk investor. Kendala lain adalah partisipasi MBG yang baru mencapai 20 juta orang dari target 82,9 juta orang. Pemerintah memberikan kemudahan impor sementara, yang akan dihentikan setelah target penambahan populasi 1,3 juta ekor tercapai. Pelemahan ekonomi juga menjadi faktor penghambat realisasi impor.