Lembah Sawahlunto, Sumatera Barat, menyimpan kisah panjang tentang energi. Bukit-bukit yang dulunya diselimuti asap dan debu hitam dari Tambang Batu Bara Ombilin, peninggalan kolonial Belanda di abad ke-19, kini menjelma menjadi simbol transisi energi Indonesia. Ombilin, pernah menjadi tambang batu bara bawah tanah terdalam di Asia Tenggara dengan lorong-lorong mencapai 300 meter di bawah permukaan bumi, kini telah beralih peran.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang mengambil alih pengelolaan Ombilin pada tahun 1990-an, menjadikannya satu-satunya tambang bawah tanah di Indonesia, mengangkut jutaan ton batu bara selama beberapa dekade. Namun, pada 2016, PTBA menutup tambang ini meskipun diperkirakan masih menyimpan cadangan 100 juta ton batu bara. Alasannya? Teknologi yang rumit dan biaya operasional yang tak lagi ekonomis. Ironisnya, tiga tahun kemudian, Ombilin ditetapkan UNESCO sebagai Situs Budaya Warisan Dunia.
Dari perut bumi yang dulunya digali dalam-dalam, kini sinar matahari yang ditangkap di permukaan tanah menghasilkan energi yang lebih bersih. PTBA bergeser menuju energi terbarukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan pasca tambang Ombilin. Panel-panel surya berjajar rapi, menyerap cahaya matahari untuk menghasilkan energi. PLTS ini dirancang dengan kapasitas hingga 240 kWp, dan PTBA berencana mengembangkannya hingga mencapai potensi 200 Megawatt. “PTBA memiliki sejumlah lahan bekas tambang yang sedang dijajaki pemanfaatannya untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),” ungkap Niko Chandra, Corporate Secretary PTBA, kepada Katadata.
Pembangunan PLTS Ombilin dilakukan dua tahap. Tahap pertama, dengan kapasitas 100 Megawatt, telah selesai. Ferdy Hasiman, peneliti Alpha Research Database Indonesia, menilai lahan bekas tambang batu bara sangat ideal untuk pembangunan PLTS berskala besar, terutama karena keterbatasan lahan di daerah padat penduduk seperti Jawa atau Kalimantan. “Cocok sekali. Kalau di daerah padat penduduk seperti Jawa atau Kalimantan, sulit mencari lahan luas. Maka lahan bekas tambang lebih ideal, apalagi jika yang membangun adalah pengusaha tambang itu sendiri,” kata Ferdy kepada Katadata.
Pembangunan PLTS di lahan bekas tambang memberikan manfaat ganda: mendukung dekarbonisasi dan transisi energi serta menjadi bentuk reklamasi pasca tambang yang efisien dan ramah lingkungan. Selain Ombilin, PTBA juga telah membangun PLTS di berbagai lokasi, antara lain di Bandara Soekarno-Hatta (241 kWp), Jalan Tol Bali-Mandara (400 kWp), Kawasan Industri Krakatau (303 kWp), dan sembilan titik irigasi pertanian di Sumatera. Terbaru, pada 17 Juni 2025, PT Bukit Energi Investama (BEI), anak usaha PTBA, mengoperasikan PLTS Timah Industri berkapasitas 303,1 kWp di Kawasan Industri Cilegon.
Maroef Sjamsoeddin, Direktur Utama MIND ID (holding BUMN pertambangan), menekankan pentingnya keberlanjutan. “Bagi MIND ID, sustainability bukan sekadar tambahan, melainkan wujud nyata dari semangat Mining for Indonesia and the World,” ujarnya. MIND ID mengakui tantangan menjaga keseimbangan antara produksi dan integrasi ESG (Environmental, Social, and Governance), namun tetap berpegang pada praktik penambangan yang baik dan standar global.
Masa Depan PLTS
Transformasi Ombilin membuka peluang ekonomi baru. RUPTL 2025–2034 menetapkan energi surya sebagai tulang punggung transisi energi nasional, dengan target penambahan kapasitas energi baru terbarukan sebesar 52,9 GW, 17,1 GW di antaranya dari PLTS. Proyek ini diperkirakan menciptakan 348.000 lapangan kerja baru.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, mengatakan energi surya melimpah dan andal. “Matahari itu kan energi yang paling setia, karena dia tidak pernah ingkar janji, dia kan terbit setiap hari,” kata Fabby dalam acara Katadata SAFE 2025. Ia menekankan pentingnya penguasaan teknologi, industri, dan penciptaan lapangan kerja di sektor ini agar Indonesia dapat menjadi pemimpin global dalam energi surya, bahkan mengekspor teknologi panel surya di masa depan.
Ringkasan
Bekas tambang batu bara Ombilin di Sumatera Barat, dulunya tambang bawah tanah terdalam di Asia Tenggara, kini menjadi lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PT Bukit Asam Tbk (PTBA), setelah menutup tambang batu bara tersebut karena alasan ekonomi, mengembangkan PLTS di lahan bekas tambang tersebut dengan kapasitas hingga 200 Megawatt. Tahap pertama pembangunan PLTS dengan kapasitas 100 Megawatt telah selesai, memanfaatkan lahan bekas tambang yang luas dan ideal untuk proyek berskala besar.
Pembangunan PLTS di Ombilin merupakan bagian dari transisi energi Indonesia dan upaya reklamasi pasca tambang yang ramah lingkungan. PTBA juga mengembangkan PLTS di berbagai lokasi lain. Proyek ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan energi terbarukan dan menciptakan lapangan kerja baru, serta mendukung visi keberlanjutan perusahaan pertambangan di Indonesia.